Pasar Sebagian Besar Naik Usai China Hapus Karantina Perjalanan 

Seorang pengendara sepeda yang mengenakan masker pelindung berdiri di depan papan stok elektronik yang menunjukkan indeks Nikkei 225 Jepang 14 Juni 2022 di Tokyo. (Foto: AP)

Pasar saham Eropa dan Asia, Selasa (27/12), naik, tetapi Wall Street goyah setelah China mengatakan akan mengakhiri karantina untuk pendatang dari luar negeri, memicu harapan untuk kebangkitan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

China mendadak membatalkan pembatasan pandemi yang ketat meskipun lonjakan infeksi melanda negara itu.

Pembatasan sebelumnya telah melemahkan ekonomi dan memicu protes di dalam negeri.

Pelonggaran terbaru ini akan mengakhiri pembatasan selama hampir tiga tahun pada 8 Januari mendatang, saat Beijing menurunkan peringkat COVID-19 menjadi penyakit menular Kelas B.

Grafik DAX indeks harga saham Jerman tergambar di bursa saham Frankfurt, Jerman, 23 November 2022. (Foto: Reuters)

Warga China sejak pengumuan pelonggaran perjalanan bergegas memesan penerbangan ke luar negeri. Ini akan menjadi keuntungan bagi industri perjalanan.

"Ada sedikit keriuhan di pasar karena langkah China lainnya untuk menjauhkan diri dari kebijakan nol-COVID yang secara ekonomi merugikan," kata analis Briefing.com, Patrick O'Hare.

Indeks acuan Shanghai China dan indeks kedua di Shenzhen sama-sama membukukan kenaikan yang sehat, sementara indeks di Tokyo berakhir sedikit lebih tinggi dengan indeksi di Seoul, Singapura dan Mumbai juga naik.

Pasar di Paris dan Frankfurt juga ditutup lebih tinggi.

BACA JUGA: China Hapus Karantina Perjalanan, Pasar Saham Eropa dan Asia Naik

Namun, Wall Street beragam setelah libur panjang akhir pekan. Dow Jones Industrial Average naik 0,5 persen pada perdagangan tengah hari sementara Nasdaq yang sarat perusahaan teknologi turun 0,7 persen dan S&P 500 turun 0,1 persen.

Pasar di London, Hong Kong dan Sydney masih ditutup untuk liburan.

Pasar juga didukung oleh data baru minggu lalu yang mengindikasikan perlambatan inflasi AS, serta peningkatan belanja konsumen.

Namun, berita itu belum pasti dan semua perhatian tertuju pada bagaimana Federal Reserve menaikkan suku bunga untuk menyeimbangkan kekhawatiran inflasi bersamaan dengan kemungkinan resesi yang disebabkan oleh kenaikan biaya pinjaman. [my/jm]