Pakar Kesehatan: Pedoman Tindakan Perlu dalam Keadaan Darurat

Pertolongan pertama yang berupa melakukan tindakan CPR (cardiopulmonary resuscitation) tidak sulit dipelajari. Banyak organisasi mengajarkan teknik CPR (foto: dok).

Para pakar kesehatan kembali mengingatkan perlunya pedoman tindakan atau pertolongan pertama dalam keadaan darurat seperti tersedak, serangan jantung, dan keracunan.
Dokter di ruang gawat darurat rumahsakit sering melihat kasus keracunan. Orangtua yang ketakutan tiba dengan anak yang menelan cairan pembersih atau produk pembasmi serangga. Kasus-kasus itu penyebab umum keracunan.

Dalam kasus seperti itu, segera cari bantuan medis. Simpan wadah bahan penyebab keracunan. Cari informasi pada wadah, cara menghentikan efek racun. Simpan muntahan dari mulut korban supaya bisa diperiksa dokter.

Dulu, korban keracunan dipaksa mengosongkan perut. Untuk itu, digunakan cairan sirup ipecac. Tetapi organisasi medis terkemuka tidak lagi menyarankan orangtua melakukan hal itu. Menurut American Academy of Pediatrics, sebagian racun justru bisa menambah kerusakan bila dimuntahkan.

Disingkat CPR, cardiopulmonary resuscitation memungkinkan udara mengalir ke paru-paru dan memompakan darah dan oksigen ke otak. Menurut dokter, CPR meningkatkan kemungkinan orang yang jantungnya berhenti, bertahan hidup. Juga, meningkatkan kemungkinan ia tidak atau sedikit menderita kerusakan otak.

Yayasan Jantung Amerika menyarankan dua cara untuk membantu. Satu, menggabung penggunaan tangan untuk memompa dada korban dengan bantuan pernapasan. Metode lain disebut "Hands-Only CPR" atau CPR hanya dengan tangan, tanpa pernapasan dari mulut ke mulut.

"Hands-Only" hanya untuk orang yang tidak mau atau tidak bisa melakukan pernapasan buatan. Sebagian orang takut penularan. Lainnya takut akan membuat kondisi pasien lebih buruk.

Tetapi, seorang pakar pengobatan darurat mengatakan tidak ada kondisi yang lebih buruk daripada mati. Dokter Michael Sayre pada Universitas Negeri Ohio mendesak orang agar bertindak.

Yayasan Jantung Amerika memberitahu cara bertindak. Kita bisa mengenali seseorang membutuhkan CPR bila orang itu jatuh, tidak sadarkan diri, tidak bisa berkomunikasi atau tidak bereaksi terhadap lingkungan atau kata-kata, kulitnya memucat, dan tidak bernapas. Jika itu yang terjadi, kemungkinan jantung telah berhenti berdetak.

Kita harus bertindak dengan meminta bantuan, atau menyuruh orang lain mendapatkan bantuan. Jika tidak bisa melakukan pernapasan dari mulut ke mulut, lakukan Hands-Only CPR. Kita bisa menekan dada guna membantu menjaga darah tetap mengalir ke otak, jantung dan organ lain.

Untuk melakukan CPR, letakkan satu tangan di atas tangan lain dan tekan kuat di tengah dada korban. Lakukan 100 tekanan tiap menit. Menurut dokter Sayre, lakukan tanpa perlu alat ukur atau pengatur waktu.

Jika jantung belum berdetak, lanjutkan penekanan dada sampai bantuan datang. Bila korban tersedak, tidak sadarkan diri, dan tidak ada detak jantung, bebaskan dulu jalan napasnya sebelum mulai melakukan penekanan pada dada atau resusitasi.

Dokter Sayre menyarankan tenaga medis melakukan keduanya, pernapasan buatan dan tekanan pada dada. Menurutnya, beberapa korban, termasuk bayi, membutuhkan pernapasan dari mulut ke mulut sekaligus tekanan pada dada. Tetapi, kata dokter, lebih baik hanya melakukan penekanan pada dada daripada tidak melakukan apa-apa.

CPR tidak sulit dipelajari. Banyak organisasi mengajarkan teknik CPR.