Nelayan Filipina Keluhkan Hasil Tangkapan Turun di Laut China Selatan

  • Ralph Jennings

Perahu nelayan di perairan sengketa dekat Masinloc, Zambales, Scarborough Shoal, Laut China Selatan, 22 April 2015 (Foto: dok).

Nelayan Filipina di Laut China Selatan yang diperebutkan mengatakan hasil tangkapan ikan mereka turun, antara lain karena gangguan terus menerus dari nelayan-nelayan China, Taiwan dan Vietnam.

Jumlah tangkapan ikan anjlok sekitar 50 persen sejak tahun 2010 di lepas pantai Masinloc, kota di Filipina yang paling dekat dengan Scarborough Shoal, yang diperebutkan Filipina dan China sejak tahun 2012, menurut komandan setempat Penjaga Pantai Filipina, Franklin Cattigay.

Masalah-masalah di kepulauan miskin yang sangat tergantung pada laut itu bisa menambah tekanan bagi Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk memperkuat persahabatan dengan China, menyusul janji bantuan dan investasi China sebesar 24 miliar dolar Oktober lalu, atau mengundang angkatan laut Amerika kembali berpatroli bersama di pantai itu untuk mengusir kapal-kapal asing.

Walaupun disengketakan, China menguasai akses ke beting seluas 150 kilometer persegi itu, kawasan utama penangkapan ikan, 198 kilometer dari Masinloc.

Kapal-kapal ikan dari China, Taiwan dan Vietnam menggunakan teknik "ilegal" seperti bahan peledak dan lampu malam hari untuk menarik ikan, ujar Cattigay.

Kapal penjaga pantai China menghampiri kapal nelayan Filipina di dekat Scarborough Shoal, Laut China selatan (foto: dok).

"Kapal-kapal dari China berpatroli di sana dan mereka tidak memberi Filipina izin pergi ke sana. China, Taiwan, Vietnam, semua ada di sana. Jumlah ikan tangkapan kini tidak sebanyak dulu, cukup terbatas karena begitu banyak orang yang menangkap ikan secara ilegal, terutama negara-negara yang menggunakan lampu super terang,” kata Cattigay.

Penurunan jumlah ikan ditambah tekanan China telah mendorong banyak dari sekitar 3.000 nelayan terdaftar di kota itu menyebar ke sepanjang pantai Filipina atau mencoba menangkap ikan-ikan yang lebih kecil. Di negara itu, jutaan orang hidup dari laut.

Hanya tiga kapal pukat Filipina masing-masing dengan 40 awak dari Masinloc, kota berpenduduk 49 ribu orang, secara rutin menangkap ikan di sekitar Scarborough Shoal, menurut staf perikanan pemerintah kota . Kota itu tidak menyuruh mereka menjauh dari Scarborough Shoal tetapi ia mengatakan banyak nelayan yang menghindarinya karena berisiko.

Menurut nelayan, China memiliki dua kapal patroli di beting itu dan melarang nelayan Filipina datang. China mulai tahun 2012 menguasai Scarborough Shoal, kawasan berbatu yang terlihat di atas ombak, setelah ketegangan dengan Filipina yang membuat buruk hubungan sampai Duterte menjabat Juni lalu.

China mengklaim lebih dari 90 persen kawasan Laut China Selatan. Beberapa klaim itu bentrok dengan zona ekonomi eksklusif Filipina dari Pulau Luzon di Masinloc, sampai ke pulau Palawan di selatan.

Taiwan juga mengklaim 3,5 juta kilometer persegi laut yang kaya sumber daya tersebut. Vietnam memiliki klaim yang lebih kecil, tetapi seperti China, menguruk beberapa pulau kecil di laut dekat kawasan perikanan dan lokasi eksplorasi minyak bawah laut.

Kapal-kapal nelayan Vietnam terlihat di dekat pantai Filipina sekitar 48 km lepas pantai, ujar staf kota itu.

Filipina, Kalimantan dan Kepulauan Natuna di Indonesia akan merasakan pemaksaan China atas moratorium penangkapan ikan dari bulan Maret sampai Agustus. Malaysia dan Brunei bersaing hak dengan China atas sebagian laut di utara Kalimantan. [ka/ii]