Mesir Buka Kembali Tempat Penyeberangan di Perbatasan dengan Gaza

Petugas imigrasi Mesir memeriksa paspor warga Palestina. Pembukaan perbatasan Rafah akan mengurangi keterisolasian 1,4 juta warga Jalur Gaza.

Pembukaan tempat penyeberangan Rafah itu akan mengurangi keterisolasian 1,4 juta warga Palestina yang tinggal di Gaza.

Orang-orang Palestina telah mulai menyeberang ke Mesir setelah pemerintah Mesir mengumumkan pihaknya secara permanen melonggarkan pembatasan hari Sabtu di perbatasannya dengan Gaza.

Tempat penyeberangan Rafah itu adalah satu-satunya jalan masuk resmi di luar Israel menuju Gaza. Hari Rabu, Mesir mengumumkan pihaknya mengakhiri 4 tahun blokadenya atas wilayah yang dikuasai Hamas itu dengan membuka kembali tempat penyeberangan itu. Tindakan itu akan mengurangi keterisolasian 1,4 juta warga Palestina yang tinggal di Gaza.

Seorang polisi perbatasan Palestina mencap paspor Mahmoud-al-Hams, penduduk Gaza yang katanya tidak pernah meninggalkan wilayah itu sejak lama. Ia ada di antara ratusan orang yang tiba di terminal perbatasan Rafah hari Sabtu sebelum naik bis yang akan membawanya melewati pintu masuk ke Mesir.

Ia mengatakan sangat bahagia akhirnya bisa ke luar dan melihat dunia.

Mesir mulai melonggarkan larangan melintasi perbatasan itu awal tahun ini setelah tergulingnya Presiden Mesir Hosni Mubarak, dengan sekali-sekali membolehkan orang melintasi perbatasan bagi yang punya izin khusus karena alasan kesehatan atau keperluan lainnya.

Sekarang, pelintasan di perbatasan itu diberlakukan pada jam-jam kerja biasa dan umumnya terbuka bagi siapa saja, selain pria yang berumur antara 18 sampai 40, yang harus minta visa masuk ke Mesir.

Keluarga Palestina menunggu untuk menyeberang ke Mesir melalui tempat penyeberangan di Rafah (28/5).

Pelintasan perbatasan hari Sabtu itu menandai diakhirinya larangan bertahun-tahun blokade yang diberlakukan Israel dan Mesir. Penduduk Gaza Sabri Matar pergi ke Mesir untuk berobat.

Ia berterima kasih kepada Mesir karena memahami penderitaan warga Palestina dan membuka perbatasan itu.

Mesir di bawah Mubarak bekerja sama dengan Israel menutup Jalur Gaza setelah kelompok militan Islam Hamas mengambil alih Gaza.

Mesir memutuskan untuk melonggarkan larangan itu setelah Hamas baru-baru ini menandatangai perjanjian rekonsiliasi dengan faksi Fatah yang menguasai Tepi Barat.

Hamas memandang pemerintahan sementara yang mengganti Mubarak lebih bersikap simpatik terhadap nasib bangsa Palestina, dan pada hari Sabtu memuji keputusan Mesir untuk melonggarkan larangan itu.

Berbicara pada perlintasan perbatasan itu hari Sabtu, Ghazi Hamad, petinggi Hamas, menyebutkan awal era baru kebebasan bagi warga Gaza dan hubungan yang lebih dekat dengan Mesir.

Ia mengatakan, “Perlintasan itu adalah hasil revolusi Mesir dan rekonsiliasi. Saya harap dibukanya perbatasan itu akan medukung rekonsiliasi , dan terutama mendukung hubungan antara Mesir dan Palestina.”

Israel mengawasi kejadian di perbatasan itu dengan khawatir. Petinggi-petinggi Israel memperingatkan bahwa dibukanya perbatasan Mesir itu bisa membuka jalan bagi teroris dan penyelundup senjata.