Mantan Budak Seks ISIS Datang ke Washington Imbau Pertolongan

Shireen Jardo berbicara tentang pengalamannya saat menjadi budak seks ISIS saat diwawancarai Voice of America, Washingtron DC, 26 Mei 2017. (N. Orokzai/VOA).

Seorang perempuan Yazidi yang menderita selama 10 bulan sebagai budak seks ISIS datang ke Washington untuk mengimbau pertolongan bagi masyarakat agama Yazidi yang menderita trauma dan mengungsi di Irak utara dan ratusan lainnya yang masih diperbudak ISIS.

Shireen Jardo, 25 tahun, bertemu dengan beberapa anggota Kongres Amerika dan pejabat federal bersama organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan dan media Irak.

“Saya meminta mereka agar menyelamatkan masyarakat kami dan tanah kami dari ISIS,” kata Jardo dalam wawancara dengan VOA hari Jumat. “Saya menanya mereka:”berapa lama lagi kami harus menunggu untuk mendengar kabar masyarakat kami yang masih di bawah kekuasaan ISIS?”

Sedikitnya 9.900 kaum Yazidi Irak telah dibunuh atau diculik dalam pembantaian oleh ISIS tahun 2014, menurut organisasi-organisasi internasional. Sekalipun banyak warga Yazidi seperti Jardo berhasil meloloskan diri melalui penyelundupan atau pembayaran tembusan, organisasi-organisasi hak azasi mengatakan kira-kira 2.500 kaum Yazidi, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, masih ditawan ISIS di Suriah dan Irak.

ISIS memandang kaum Yazidi sebagai penyembah iblis yang harus beralih agama ke Islam, kalau tidak, akan dibunuh.

Para aktivis Yazidi mengatakan penderitaan Jardo melambangkan penderitaan yang lebih luas kaum Yazidi.

“Kisahnya patut didengar setiap orang,” kata Nermam Ghafouri, pendiri Pertolongan Bersama Kurdistan-Amerika, organisasi Amerika-Kurdi yang membantu kaum Yazidi yang mengungsi termasuk Jardo. “Dia dijual 10 kali, setiap kali dengan harga satu dolar.”

Ketika ISIS menyerang Sinjar bulan Agustus tahun 2014, Jardo dan 46 anggota keluarganya ditawan.

“ISIS memisahkan saya dari keluarga saya dan memasukkan saya ke dalam penjara bersama 13 gadis muda lain dan dua perempuan yang lebih tua,” kata Jardo.

Jardo kemudian dibawa bersama ratusan perempuan dan anak perempuan ke ibukota de facto ISIS Raqqa di Suriah di mana militan mulai menentukan harga mereka masing-masing berdasarkan wajah mereka sebagai persiapan untuk dijual.

Setelah menderita lama sebagai budak seks, ia akhirnya ditolong penduduk setempat dengan menghubungi penyelundup yang membawanya ke sebuah kamp pengungsidi daerah Kurdi Irak. [gp]