Lebih dari 70 Jurnalis Dianiaya di Kamboja Tahun Lalu

Nop Vy, direktur eksekutif CamboJA memberikan pernyataan kepada VOA (foto: dok).

Ketakutan akan kekerasan fisik dan risiko penghukuman adalah tantangan sehari-hari yang dihadapi jurnalis Kamboja, kata sebuah laporan baru.

Asosiasi Aliansi Jurnalis Kamboja - juga dikenal sebagai CamboJa - menemukan 35 kasus penganiayaan terhadap 72 jurnalis pada tahun 2020.

Hukuman penjara dan kekerasan terhadap jurnalis merupakan pelanggaran kebebasan pers paling umum yang didokumentasikan oleh organisasi hak asasi CamboJa, yang didirikan pada 2019. Hampir semua kasus (64 insiden) melibatkan jurnalis yang bekerja di organisasi berita online.

“Jurnalis yang berani meliput dan meliput kepentingan militer dan pejabat penting masih mengalami penganiayaan melalui sistem peradilan yang menggunakan hukum pidana bukan hukum pers dan telah berulang kali dipukuli dan menjadi sasaran kekerasan,” kata Nop Vy, direktur eksekutif CamboJA dalam sebuah pernyataan.

BACA JUGA: Kendalikan Komunikasi di Internet, Kamboja Batasi Kebebasan Berpendapat

Meas Sophorn, juru bicara Kementerian Informasi Kamboja, mempertanyakan temuan laporan tersebut, dengan mengatakan semua jurnalis yang bekerja di negara itu memiliki "hak penuh dan kebebasan untuk melaporkan."

“Laporan tersebut memiliki motif untuk mendistorsi publik tentang lingkungan profesi jurnalis di Kamboja,” kata Meas Sophorn kepada VOA.

Menurut laporan CamboJa, lebih dari 20 kasus yang didokumentasikan oleh kelompok tersebut melibatkan serangan kekerasan atau ancaman saat melaporkan. Dalam semua kasus, tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban.

Laporan itu mengutip bagaimana empat wartawan diserang oleh sekelompok laki-laki bersenjatakan pisau dan kapak pada bulan September, menyebabkan seorang wartawan mengalami cedera tulang rusuk yang serius.

BACA JUGA: Pengadilan Kamboja Tunda Sidang Kasus Pengkhianatan Oposisi Hingga 2021

Para jurnalis yang bekerja untuk kantor berita Phnek Mnoas dan Chakra Phup, mengatakan kepada VOA ketika itu mereka secara teratur melakukan perjalanan ke wilayah tersebut untuk melaporkan rute kayu ilegal.

Salah seorang jurnalis, Ren Samnang, mengatakan yakin para penyerang tampaknya pergi ke sana untuk membunuh. “Mereka memecahkan jendela [mobil] dan memukuli saya,” katanya. “Saya menyalakan mobil dan pergi. Mereka mengikuti kami dengan mobil van sejauh satu kilometer dan melemparkan kapak ke mobil saya. "

Setelah laporan CamboJa itu dirilis, Nop Vy meminta pemerintah untuk "memastikan keselamatan dan keamanan semua jurnalis sehingga mereka bisa menggunakan hak mereka untuk melaporkan secara bebas tanpa rasa takut." [my/jm]