Koalisi Global Kampanyekan Vaksinasi Baru bagi Campak dan Rubella

PBB mengkoordinasi upaya untuk memusatkan perhatian internasional tentang pentingnya vaksinasi terhadap campak dan rubella yang berbahaya (foto: dok.)

Sebuah koalisi lembaga kesehatan global meluncurkan kampanye vaksinasi baru untuk menurunkan kematian akibat campak dan rubella di seluruh dunia.
Campak adalah salah satu penyakit paling menular di dunia dan merupakan penyebab utama kematian dan cacat di kalangan anak-anak di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, meskipun vaksin yang aman, efektif dan terjangkau sudah tersedia.

Pengumuman mengenai gerakan vaksinasi baru itu muncul dengan data baru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai tingkat kematian akibat campak. WHO adalah mitra dalam inisiatif baru ini, yang juga dipimpin oleh Palang Merah Amerika, Yayasan PBB, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika, dan Dana Anak-anak PBB (UNICEF).

Anthony Lake, Direktur Eksekutif UNICEF, mengatakan kampanye imunisasi di seluruh dunia telah menurunkan angka kematian akibat campak dari 2,5 juta pada tahun 1980 menjadi hanya 139.000 sekarang ini - dan menurunkan angka kematian sebanyak 74 persen sejak tahun 2000. Lake mengatakan jangkauan vaksin itu mencapai sekitar 95 persen anak-anak, bahkan di daerah terpencil dan miskin.

"Ini adalah salah satu pencapaian besar dalam sejarah kesehatan masyarakat. Namun kabar buruknya, campak masih menyebabkan kematian 382 jiwa, setiap hari, sebagian besar adalah balita. Padahal mereka sebenarnya bisa diselamatkan dengan dua dosis vaksin seharga 22 sen," papar Lake.

Dalam tiga tahun ke depan, strategi baru itu bertujuan untuk mengurangi infeksi campak secara global sebesar 95 persen dari tahun 2000. Tujuan kedua adalah untuk memberantas rubella pada tahun 2020 di lima kawasan di dunia.

Prakarsa baru itu mendorong sekitar 62 negara yang selama ini tidak memberi vaksinasi melawan rubella untuk melakukannya dengan suntikan kombinasi campak-rubela. Ini menjamin bahwa tidak akan ada bayi yang lahir dengan penyakit bawaan terkait rubella, mulai dari cacat jantung sampai bisu tuli dan kebutaan.

Rencana tersebut juga menyerukan cakupan vaksinasi yang luas, pemantauan dan pengawasan penyakit, respon yang cepat terhadap wabah, penelitian penyakit dan pengembangan alat-alat diagnostik baru.

Tetapi, dananya masih kurang, kata Kathy Calvin, CEO Yayasan PBB, mitra lain dalam inisiatif inokulasi itu. Dia mengatakan dana tambahan 112 juta dolar diperlukan untuk mencapai tujuan pemberantasan campak dan rubella secara global pada tahun 2015.

"Kami ingin semua orang, dari para pemimpin dunia sampai individu, meningkatkan komitmen mereka untuk memberantas campak dan rubella, jika kita ingin mencapai tujuan itu," ujarnya.

Calvin menambahkan bahwa sedikit saja sumbangan dari orang di seluruh dunia dapat membantu menyelamatkan banyak nyawa.