Jepang akan Buang Air Tercemar Radioaktif Fukushima ke Laut

Para pekerja terlihat di dekat tangki penyimpanan air radioaktif di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang lumpuh akibat tsunami Tokyo Electric Power Co di kota Okuma, Prefektur Fukushima, Jepang 15 Januari 2020. (Foto: Reuters)

Pemerintah Jepang memutuskan untuk membuang air yang terkontaminasi radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima setelah bencana tersebut terjadi hampir satu dekade yang lalu. Pemerintah diperkirakan akan membuat pengumuman resmi pada akhir bulan ini.

Reuters, mengutip laporan media setempat, melaporkan keputusan tersebut diperkirakan akan membuat marah negara-negara tetangga, seperti Korea Selatan. Negara-negara tersebut telah meningkatkan uji radiasi makanan dari Jepang, dan selanjutnya menghancurkan industri perikanan Jepang yang berada di Fukushima.

Pembuangan air yang terkontaminasi redioaktif di pabrik Fukushima Daiichi telah menjadi masalah usang bagi Jepang. Lebih dari satu juta ton air yang terkontaminasi saat ini disimpan dalam tangki besar di fasilitas tersebut.

Pembangkit listrik yang dijalankan oleh Tokyo Electric Power Company Holdings Inc itu mengalami beberapa kali kerusakan nuklir setelah gempa bumi dan tsunami tahun 2011.

BACA JUGA: Reaktor Nuklir Jepang Ditutup Karena Tertundanya Langkah Keselamatan

Menteri Perindustrian Jepang Hiroshi Kajiyama, Jumat (16/10), mengatakan belum ada keputusan yang dibuat tentang pembuangan air, tetapi pemerintah bertujuan untuk segera membuatnya.

"Untuk mencegah penundaan dalam proses dekomisioning, kami perlu membuat keputusan dengan cepat," katanya dalam konferensi pers.

Surat kabar Asahi melaporkan bahwa persiapan pembuangan air yang terkontaminasi tersebut diperkirakan akan memakan waktu sekitar dua tahun. Hal itu dikarenakan air yang terkena radiasi tersebut harus terlebih dahulu melalui proses penyaringan sebelum dapat diencerkan lebih lanjut dengan air laut dan akhirnya dibuang ke laut.

Pada tahun 2018, Tokyo Electric meminta maaf setelah mengakui sistem penyaringannya tidak menghilangkan semua bahan berbahaya , yang dikumpulkan dari pipa pendingin yang digunakan untuk menjaga inti bahan bakar agar tidak meleleh ketika pembangkit listrik itu lumpuh.

Dikatakan pihaknya berencana untuk menghilangkan semua partikel radioaktif dari air kecuali tritium, isotop hidrogen yang sulit dipisahkan dan dianggap relatif tidak berbahaya.

Tangki penyimpanan untuk air radioaktif terlihat di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi Tokyo Electric Power Co yang lumpuh akibat tsunami di kota Okuma, prefektur Fukushima, Jepang, 18 Februari 2019. (Foto: Reuters)

Pekan lalu, perwakilan industri perikanan Jepang mendesak pemerintah untuk tidak mengizinkan pembuangan air yang terkontaminasi radioaktif tersebut ke laut. Tindakan itu, menurut mereka, akan membuat kerja keras selama bertahun-tahun untuk memulihkan reputasi mereka menadi sia-sia.

Korea Selatan telah melakukan larangan impor makanan laut dari wilayah Fukushima yang diberlakukan setelah bencana nuklir terjadi. Negara tersebut juga memanggil seorang pejabat senior kedutaan Jepang tahun lalu untuk menjelaskan bagaimana rencana Tokyo untuk menangani masalah air Fukushima.

Dalam upaya Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade pada 2013, perdana menteri saat itu Shinzo Abe mengatakan kepada anggota Komite Olimpiade Internasional bahwa fasilitas Fukushima "di bawah kendali.”

Olimpiade ditunda hingga 2021 karena pandemi dan beberapa acara dijadwalkan diadakan sedekat 60 km dari PLTN Fukushima yang rusak. [ah/au]