Infeksi Akibat Pembedahan Lebih Tinggi di Negara Miskin

Seorang dokter Palestina mencuci tangan sebelum melakukan pembedahan di sebuah rumah sakit di Kota Gaza.

Pembedahan di negara-negara berpenghasilan rendah memiliki tingkat infeksi tinggi, dibandingkan pembedahan di negara-negara berpenghasilan tinggi, menurut studi baru yang diterbitkan di jurnal The Lancet Infectious Diseases.

Para pengarang mengatakan laporan mereka memberikan titik awal untuk upaya menyediakan pembedahan yang lebih aman

Infeksi-infeksi di tempat-tempat pembedahan adalah komplikasi yang paling umum setelah operasi. Infeksi ini meningkatkan biaya tindakan-tindakan yang sudah mahal. Dan seringkali infeksi ini mengakibatkan pemulihan membutuhkan waktu yang lama dan lebih menyakitkan.

Studi itu meneliti 12.000 pembedahan gastrointestinal di 343 rumah sakit, di 66 negara.

Secara keseluruhan, 1 dari 10 pasien menderita infeksi di tempat pembedahan. Namun di negara-negara berpenghasilan rendah, angka infeksi meningkat menjadi satu di antara 4 pasien.

Itu setelah menghitung faktor-faktor lain, seperti kesehatan pasien, tipe pembedahan dan kondisi yang sedang menerima perawatan.

Baca: Operasi Dengan Peralatan Robotik Tidak Selalu Efektif

Ada faktor-faktor lainnya yang mungkin menjadi penyebab perbedaan itu, termasuk jenis fasilitas kesehatan yang tersedia di negara-negara berpenghasilan rendah, atau berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengantar seorang pasien ke rumah sakit, menurut salah satu pengarang studi, Ewen Harrison dari Universitas Edinburgh. .

“Bila anda di pedesaan Sub-Sahara Afrika, dan anda ditabrak mobil, mungkin butuh beberapa hari untuk membawa anda ke rumah sakit,” kata dia. “Sepanjang waktu itu, luka-luka bisa infeksi.”

Komponen lainnya adalah antibiotik yang selalu diberikan sebelum pembedahan untuk mencegah infeksi. Namun secara keseluruhan, satu dari lima tempat pembedahan, bakterinya sudah resisten terhadap berbagai antibiotik. Angka resistensi antibiotik lebih tinggi lagi di negara-negara berpenghasilan rendah, yaitu satu dari tiga tempat. Namun para pengarang mengingatkan bahwa mereka tidak punya cukup data untuk mendapat kesimpulan yang tegas.

Rencana para penulis selanjutnya adalah menguji berbagai teknik pembersihan kulit, jahitan-jahitan yang sudah dibubuhi antibiotik, dan metode-metode murah lainnya untuk mengurangi infeksi di tempat pembedahan, di negara-negara berpenghasilan rendah. [fw/au]