Industri Kereta Api AS Fokus pada Hubungan Dagang AS-China

Presiden Trump dan Presiden Jinping bertemu di Mar-a-Lago, Kamis, 6 April 2017.

Maret adalah bulan mengecewakan bagi orang yang mencari kerja dengan Kementerian Tenaga Kerja Amerika melaporkan bahwa sektor swasta hanya menambah 98 ribu lapangan kerja bulan lalu.

Jumlah itu turun tajam dari bulan Februari, ketika 235 ribu lapangan kerja dibuka sektor swasta. Namun ada satu industri yang melihat tidak hanya angka-angka lapangan kerja dan mengarahkan perhatian ke negara-negara lain sementara Presiden Donald Trump bertemu untuk pertama kalinya dengan Presiden China Xi Jinping untuk berbicara mengenai perdagangan. Berikut reporter Mil Arcega dengan Laporan Ekonomi.

Ini adalah pertemuan dengan pertaruhan sangat tinggi bagi pemimpin dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia. Namun jika menyangkut perdagangan, industri pengangkutan kargo kereta api terfokus pada gambaran yang lebih luas.

Dari kantornya di lantai sepuluh, darimana dapat dilihat jaringan padat rel kereta api barang CSX, Presiden dan CEO Asosiasi Perkeretaapian Amerika Ed Hamberger telah menyaksikan Amerika bergerak ke depan melintasi rel kereta api yang panjangnya lebih dari 231 ribu kilometer.

"Salah satu hal yang membuat industri kami merasa frustrasi adalah bahwa tidak seorangpun berpikir mengenai kami. Perkeretaapian seolah-olah adalah industri yang terlupakan, padahal kami mengangkut 40 persen kargo di Amerika," ujar Hamberger.

Hamberger menambahkan perkeretaapian domestik merupakan bagian tak terpisahkan dari perdagangan internasional, yang merupakan 35 persen dari pemasukan tahunan industri pengangkutan kargo kereta api. 42 persen muatan kargo kereta api terkait langsung dengan pengangkutan 329 juta ton barang ekspor dan lebih dari 170 juta ton barang impor. Ini adalah bisnis antarmodul yang membentang dari pantai barat ke pantai timur mempekerjakan hampir 200 ribu orang, satu lagi alasan mengapa pertemuan antara Presiden Trump dan Presiden Xi begitu penting.

"Saya gelisah menunggu hasil pertemuan akhir pekan ini di Mar-a-Lago, dan saya yakin ini adalah langkah yang sangat bagus ke arah yang benar dan saya berharap melihat sesuatu yang produktif dari pertemuan puncak ini," ujar Ed Hamberger yang mengaku resah karena retorika anti-perdagangan selama kampanye pemilihan presiden. Namun ia mengatakan bahwa jelas kedua negara saling membutuhkan yang lain.

"Saya yakin mereka paham bahwa 27 persen perekonomian Amerika bergantung pada perdagangan, jadi saya tahu mereka tahu bahwa itu harus terus berlanjut," tambahnya.

Sekarang ini, China adalah pengekspor terbesar di dunia, dan Amerika adalah pengimpor terbesar produk dari China. [ds]