Gencatan Senjata Kemanusiaan Mulai Berlaku di Yaman

Asap membubung menyusul serangan udara dari koalisi pimpinan Saudi di wilayah Gunung Noqum di sebelah timur pinggiran kota Sana'a, Yaman (11/5). (AFP/Mohammed Huwais)

Gencatan senjata lima hari ini memungkinkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan mencapai kaum sipil di dalam negara yang dilanda perang itu.

Pihak-pihak yang berperang di Yaman akan meletakkan senjata mereka Selasa malam (12/5) dan mulai mematuhi gencatan senjata lima hari untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan mencapai kaum sipil di dalam negara yang dilanda perang itu.

Pemberontak Houthi, pasukan pemerintah dan koalisi yang dipimpin Saudi yang telah melakukan serangan udara selama enam pekan terakhir di Yaman semuanya telah berjanji mematuhi gencatan senjata itu, tetapi tidak ada jaminan gencatan senjata itu akan bertahan karena pertempuran berat terus berlangsung sampai akhir Senin.

Menjelang batas waktu gencatan senjata, pimpinan bantuan kemanusiaan PBB Valerie Amos mengimbau semua pihak agar menghentikan kekerasan dan membiarkan pekerja bantuan mengangkut makanan, menyediakan perawatan medis, menjamin akses untuk air bersih dan memungkinkan warga mengungsi ke daerah-daerah yang lebih aman.

“Mengingat keadaan kemanusiaan yang semakin memburuk di lapangan di Yaman dengan ratusan ribu warga sipil yang rawan terperangkap di tengah pertempuran dan tidak dapat memperoleh bantuan yang menyambung nyawa, sangat penting gencatan senjata ini terwujud,” ujar Amos dalam pernyataan tertulis.

PBB mengatakan pertempuran di Yaman telah menewaskan lebih dari 1.400 orang.

Konflik itu melibatkan pemberontak Houthi yang menguasai ibukota bulan September kemudian maju ke selatan dalam serangan sebelumnya tahun ini yang memaksa Presiden Abdu Rabu Mansour Hadi melarikan diri ke Arab Saudi. Saudi dan sekutu mereka melancarkan serangan udara terhadap Houthi bulan Maret lalu atas permohonan Hadi.