Gajah Sumatera di Kebun Binatang Bandung Mati Tak Terawat

  • R.Teja Wulan

Gajah bernama Yani di Kebun Binatang Bandung hanya ditemani pawang tanpa mendapatkan perawatan medis dari dokter hewan. (VOA/R.Teja Wulan)

Pengelola Kebun Binatang Bandung telah membekukan Bagian Kesehatan Hewan sejak tahun kemarin. Hal tersebut membuat kondisi kesehatan hewan tak terurus dan memprihatinkan.

Seekor gajah di Kebun Binatang Bandung dibiarkan sekarat selama satu minggu lamanya sampai akhirnya mati, Rabu (11/5).

Keterlambatan penanganan dan tidak adanya dokter hewan di kebun binatang tersebut menjadi salah satu faktor penyebab kematian gajah berusia 40 tahun yang diberi nama Yani tersebut.

Selama satu minggu, gajah Sumatera itu tergolek di dalam kandangnya yang dialasi jerami dan hanya ditutupi terpal seadanya untuk menghalangi pandangan para pengunjung.

Yani tidak mendapat perawatan bahkan pengobatan apapun. Dia dibiarkan sakit hingga sekarat dengan hanya ditemani oleh seorang pawang. Badannya kurus, matanya berkerak dan mengeluarkan air. Di malam hari, menurut pawangnya, Yani selalu mengerang kesakitan. Y

ani tidak mendapat penanganan medis secara serius karena Kebun Binatang Bandung sudah tidak memiliki tenaga dokter hewan sejak setahun lalu.

Pengelola Kebun Binatang Bandung, yaitu Yayasan Margasatwa Taman Sari telah membekukan Bagian Kesehatan Hewan sejak tahun kemarin. Hal tersebut membuat kondisi kesehatan hewan tak terurus dan cenderung memprihatinkan.

Bahkan saat Yani sakit sejak seminggu lalu pun, pihak Kebun Binatang Bandung tidak melakukan upaya pengobatan apa pun. Yani dibiarkan sekarat di dalam kandang tuanya yang sudah akan ambruk.

Kepala Bidang Pendidikan dan Humas Yayasan Margasatwa Taman Sari, Sudaryo mengatakan, pihaknya telah melakukan upaya maksimal untuk merawat Yani.

Namun, keterbatasan biaya, sarana dan prasarana di Kebun Binatang Bandung membuat perawatan Yani tidak sesuai standar yang seharusnya.

“Ya kan yang namanya mahluk hidup ya sakit saja. Bisa karena usia tua, biasa ada penyakit. Ya, kita sedang tangani apa penyebabnya. Kalau Taman Safari kan berbeda, kuat modal. Makanya tiket masuknya juga Rp 150 ribu. Kenapa (Kebun Binatang) Ragunan tiketnya cuma Rp 5.000? Ragunan milik pemerintah, subsidinya bisa miliaran rupiah. Kita (tiketnya) Rp 20 ribu, kalau untuk rombongan anak-anak sekolah didiskon 25 persen,” ujar Sudaryo.

Rabu siang, Yani sempat dijenguk Walikota Bandung Ridwan Kamil. Melihat kondisinya yang memprihatinkan, Ridwan pun menghubungi tim dokter dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan Dinas Peternakan Kota Bandung.

Namun, pada Rabu sore, Yani akhirnya mati. Kulit sebelah kanan badannya lecet dan mengelupas karena selama seminggu hanya terbaring di atas jerami. Belum diketahui penyakit yang menyebabkan kematian Yani tersebut.

Saat ini tim dokter hewan yang juga didatangkan dari Taman Safari masih melakukan observasi setelah mengambil sampel darah Yani. Otopsi terhadap bangkai Yani akan dilakukan Kamis ini.

Koordinator lembaga nirlaba internasional di bidang perlindungan hutan dan satwa liar, Protection of Forest and Fauna (Profauna) Jawa Barat, Rinda Aunillah Sirait mengatakan, kondisi Kebun Binatang Bandung sudah sangat memprihatinkan. Ia sangat menyayangkan tidak adanya tenaga kesehatan hewan di Kebun Binatang Bandung.

“Kami juga menyayangkan dengan tidak adanya dokter hewan tetap di kebun binatang ini. Karena sebenarnya berdasarkan Permen Menteri Kehutanan No.31 tahun 2012 itu kan menyatakan bahwa syarat dari kebun binatang dia harus memiliki klinik, dia harus memiliki paramedis, dia harus memiliki persediaan obat, termasuk dia juga harus memiliki dokter hewan yang tetap dan berada di sini memantau perkembangan satwa di sini. Nah, kondisi Yani juga merupakan bagian dari pemeliharaan yang tidak standar.”

Kebun Binatang Bandung sejak 83 tahun lalu dikelola oleh swasta berupa yayasan. Koleksi hewan di kebun binatang ini sebanyak 930 ekor hewan dari 20 spesies.

Kini Kebun Binatang Bandung kondisinya cukup memprihatinkan. Beberapa binatang terlihat tidak terurus dan kurus, kandang-kandang kotor, berkarat, dan bolong atapnya, sampah juga berserakan.

Sejak 2013 lalu, Walikota Bandung Ridwan Kamil sudah memanggil pengelola kebun binatang dan menawarkan solusi. Tapi hal itu berakhir sia-sia. Pengelola tetap mengelolanya secara mandiri dan tidak melibatkan pihak lain.

Kondisi ini memunculkan petisi dari warga dan pemerhati satwa. Change.org Indonesia mengeluarkan petisi daring sebagai seruan kepada masyarakat untuk menyelamatkan dan memperbaiki kondisi objek wisata di Kota Bandung tersebut.

Petisi yang digagas oleh Save Bandung Zoo Project ini hingga Kamis siang telah ditandatangani oleh 10.158 pendukung. Petisi akan dikirim kepada Walikota Bandung Ridwan Kamil dan Yayasan Margasatwa Taman Sari.