Fraksi Demokrat di DPR Intensifkan Penyelidikan atas Presiden AS

Eliot Engel, Ketua Komisi Urusan Luar Negeri DPR AS

Penyelidikan untuk memakzulkan Presiden Amerika Donald Trump diintensifkan hari Rabu (16/10) sementara anggota Kongres kembali ke Washington setelah reses dua minggu. Mantan pejabat dalam pemerintahan Trump telah bersaksi dalam sidang tertutup di Capitol Hill sepanjang pekan ini, sementara fraksi Demokrat terus membangun kasus Trump mengundang campur tangan asing dalam pemilihan presiden Amerika tahun 2020.

Ini adalah pekan yang sibuk untuk wawancara bagi fraksi Demokrat di DPR yang sedang membangun kasus untuk pasal-pasal Pemakzulan.

Ketua Komisi Urusan Luar Negeri Eliot Engel mengatakan, “Menurut saya, kita belum sampai sana. Banyak hal yang harus kita lakukan."

Keluhan pembocor rahasia mengenai dugaan presiden meminta bantuan Ukraina merugikan saingannya Joe Biden, memberi panduan kepada Ketua Komisi Intelijen Adam Schiff untuk meminta perintah pengadilan bagi informasi tambahan - perintah yang sejauh ini ditolak pemerintah Trump.

"Kasus untuk pelecehan Kongres terus dibangun," kata Schiff.

Trump menyatakan ia tidak akan bekerja sama sampai fraksi Demokrat di DPR mengadakan pemungutan suara untuk membuat penyelidikan itu resmi. Itu adalah caranya melecehkan Kongres, ujar Ketua DPR Nancy Pelosi.

“Kami di sini bukan untuk menerima gertakan. Kami di sini untuk mendapatkan kebenaran, menegakkan Konstitusi Amerika," tambah Pelosi.

Tetapi Presiden Trump mengatakan, Pelosi dan Demokrat bermain politik.

“Kali ini benar-benar gila. Coba kalian baca transkrip percakapan telepon itu, baca transkripnya. Ini jelas kasus yang sederhana. Mereka putus asa karena tahu mereka akan kalah dalam pemilihan," kata Trump.

Schiff juga menjadi fokus frustrasi Partai Republik - menghadapi suara resmi penolakan yang diajukan sekutu Trump di Kongres.

Ketua fraksi Republik yang minoritas di DPR Kevin McCarthy mengatakan, “Tidak ada yang dilakukan presiden dalam percakapan itu yang bisa membuatnya dimakzulkan. Kalian tahu, kalau saja ketua DPR bersedia menunggu 48 jam, untuk mendapatkan transkrip itu, kami tidak akan membuat rakyat Amerika mengalami ini."

Demokrat menghadapi tekanan untuk mengadakan pemungutan suara bagi pemakzulan menjelang akhir tahun ini, supaya tidak mengganggu dimulainya pemilihan presiden tahun 2020 secara resmi bulan Februari. Namun, beberapa anggota DPR mengatakan, waktu seharusnya tidak boleh menjadi masalah.

Langkah Demokrat berikutnya - mempelajari lebih lanjut komunikasi pesan singkat antara pejabat-pejabat Trump, termasuk mantan Duta Besar Uni Eropa Gordon Sondland – yang akan memberi kesaksian pada hari Kamis (17/10).(ka/ii)