Kelompok HAM Kecam Filipina yang Boikot Upacara Hadiah Nobel Perdamaian

Seorang aktivis pro-demokrasi di Hong Kong mengenakan bros bergambar Liu Xiaobo, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini yang menjadi tahanan rumah di Beijing.

Human Rights Watch menyebut keputusan Filipina 'mengejutkan,' karena datang dari negara yang selama ini membanggakan nilai-nilai demokrasinya.

Organisasi-organisasi hak asasi mengecam Filipina atas keputusannya untuk tidak menghadiri upacara Hadiah Nobel Perdamaian pekan ini untuk menghormati pembangkang Tiongkok yang dipenjarakan, Liu Xiaobo.

Juru Bicara Departemen Urusan Luar Negeri Filipina mengeluarkan pernyataan pada hari Kamis yang mengukuhkan bahwa tidak ada wakil Filipina yang akan menghadiri upacara Nobel hari Jumat di Oslo, Norwegia. Kantor berita Perancis (AFP) mengatakan pihaknya diberitahu bahwa Duta Besar Filipina di Norwegia, Elizabeth Buencuceso, sedang melakukan misi resmi konsuler.

Elaine Pearson, seorang pejabat organisasi advokasi internasional Human Rights Watch, menyebut keputusan Manila itu “mengejutkan,” karena datang dari sebuah negara yang membanggakan nilai-nilai demokrasinya.

Filipina adalah satu dari 18 negara selain Tiongkok yang telah mengatakan kepada panitia Nobel mereka tidak akan menghadiri upacara tersebut. Organisasi Nobel mengatakan 44 negara akan menghadiri upacara itu meskipun adanya tekanan dari Beijing, yang telah mengancam akan adanya konsekuensi bagi negara-negara yang menghadiri acara itu.