Festival Hadrah di Solo Kampanyekan Islam Cinta Damai

  • Yudha Satriawan

Pawai Festival Hadrah atau festival seni budaya bernuansa Timur Tengah di Solo, Jawa Tengah. (VOA/Yudha Satriawan)

Ribuan warga Solo tampil dalam pawai seni hadrah, atau seni budaya bernuansa Timur Tengah yang kental, sebagai bagian kampanye Islam cinta damai.
Suara alat musik tabuh mirip genderang kecil terdengar dari sekitar 5.000 orang yang berpawai dalam Festival Hadrah di sepanjang Jl. Slamet Riyadi di Solo, Kamis pagi (6/6). Lantunan bahasa arab mengiringi musik tersebut.

Ada yang berpakaian ala Timur Tengah maupun berbusana adat Jawa memakai blangkon, penutup kepala khas tradisi Jawa. Sambil berjalan di sepanjang rute berjarak 5 kilometer tersebut, berbagai poster terbentang antara lain “Ciptakan Indonesia rukun dan damai”, “Islam cinta damai”, dan sebagainya.

Ratusan bendera organisasi kemasyarakatan atau ormas Islam, identitas pondok pesantren, serta berbagai komunitas Islam menghiasi pawai tersebut. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Solo, Widdi Srihanto mengatakan, Festival Hadrah mengajak berbagai organisasi dan komunitas Muslim di Solo menunjukkan keragaman Islam di kota itu. Menurut Widdi, festival ini bertujuan menghapus citra negatif antara Islam, Solo, dan terorisme.

“Pemkot Solo berkomitmen mengembangkan budaya yang ada, tidak hanya budaya Jawa, tetapi juga budaya Islam, dan terbentuk dalam berbagai komunitas Hadrah, seni budaya Islam. Substansinya adalah seni dan budaya ini hidup serta berkembang di Solo sejak dulu,” ujarnya.

Pawai festival Hadrah ini menjadi tontonan ribuan warga di Solo. Juru bicara panitia penyelenggara Festival Hadrah, Fatkin mengungkapkan, festival ini melibatkan berbagai ormas Islam, termasuk ormas yang dianggap garis keras seperti Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang pernah dipimpin Abu Bakar Baasyir.

“Festival parade Hadrah ini untuk melestarikan budaya Islam, dalam hal seni. Islam itu tidak monoton. Islam itu juga Indah, sehingga akan terkesan bahwa seni Islam itu bisa menjadi penghias suatu daerah dan menciptakan kesan Solo yang damai,” ujarnya.

“Kita melibatkan komunitas hadrah, kelompok-kelompok seni hadrah, sekarang kita tambah juga dari lembaga lainnya antara lain organisasi radio amatir, ormas Islam, antara lain Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), LDII, MTA, dan lainnya. Ini menjadi suatu peningkatan, respon atau respek mereka (untuk) ikut serta dalam festival ini,” tambahnya.