Festival Gerhana Matahari Total di Poso, Diharapkan Dapat Pulihkan Pariwisata

  • Yoanes Litha

Gerhana Matahari Total selama 2 menit 52 detik di Kabupaten Poso Sulawesi Tengah (Foto: VOA/Yoanes)

Gerhana matahari total terjadi pada pukul 8.38 waktu Indonesia Tengah, disaksikan ribuan warga termasuk belasan wisatawan luar negeri di lapangan desa Kalora yang menjadi pusat pengamatan gerhana matahari total di Kabupaten Poso.

Warga Poso Sulawesi Tengah pada Rabu pagi (9/3), memadati lapangan desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara untuk menyaksikan gerhana matahari total. Kegiatan yang dikemas dalam kegiatan festival Kawaninya itu dihadiri wisatawan luar negeri.

Ada harapan dari masyarakat dan Pemerintah setempat, kemeriahan Festival Gerhana Matahari Total itu dapat membuktikan Poso aman untuk dikunjungi Wisatawan dalam dan luar Negeri.

Kegelapan menyelimuti wilayah kabupaten Poso Sulawesi Tengah selama 2 menit 52 detik akibat fenomena alam gerhana matahari total yang terjadi pada Rabu pagi, 9 Maret 2016. Gerhana matahari total di Poso itu terjadi pada pukul 8.38 waktu Indonesia Tengah, disaksikan ribuan warga termasuk belasan wisatawan luar negeri yang hadir di lapangan desa Kalora yang menjadi pusat pengamatan gerhana matahari total di Kabupaten Poso.

Hesti Wulandari, astronom yang sekaligus peneliti pada Observatorium Bosscha Institut Teknologi Bandung mengungkapkan kekagumannya atas fenomena gerhana matahari total yang terlihat di Poso, terlebih melihat antusiasme warga yang hadir dalam kegiatan Festival Gerhana Matahari Total tersebut.

Pementasan Tarian Gerhana Matahari Total atau Kawaninya di lokasi pengamatan Gerhana Matahari Total desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir (Foto: VOA/Yoanes).

“Yah luar biasa sekali, luar biasa sekali, kita baru saja menyaksikan peristiwa yang sangat langka, yang disaksikan oleh ribuan orang. Kontak pertama adalah saat bayangan Bulan mulai menutup piringan Matahari, kemudian gerhana total terjadi pada jam 8.38 untuk di Kalora, lamanya adalah 2 menit 52 detik,” kata Hesti Wulandari.

Lian Gogali dari Institut Mosintuwu kepada VOA mengatakan Festival Gerhana Matahari di Poso yang berlangsung lancar dan aman itu juga memiliki arti penting bagi masyarakat setempat untuk memperlihatkan bahwa Kabupaten Poso aman dikunjungi oleh siapa saja termasuk wisatawan dari luar negeri. Apalagi kegiatan itu digelar di lokasi yang selama ini menjadi wilayah Operasi Tinombala 2016.

“Lokasi pengamatan gerhana matahari yang kami lakukan, itu di lokasi yang sering disebut sebagai lokasi merah atau operasi tetapi buktinya masyarakat, puluhan ribu datang bersama-sama menjadi saksi hidup dari gerhana matahari total,” kata Lian Gogali.

Hal senada juga dikemukakan oleh Putera Botilangi, Kepala Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif Kabupaten Poso. Ia berharap kemeriahan Festival Gerhana Matahari Total itu akan berdampak positif bagi peningkatan kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri ke wilayah kabupaten Poso.

“Stigma Poso yang selama ini tidak aman, hari ini dibuktikan dengan berkunjungnya orang dari berbagai tempat yang dapat menjadi saksi bahwa Poso aman, oleh karena itu Poso juga siap untuk dikunjungi oleh wisatawan nusantara maupun mancanegara,” kata Putera Botilangi.

Festival Gerhana Matahari Total atau Kawaninya. berasal dari kata Waniyang dalam bahasa Pamona berasal kegelapan. Tradisi nenek moyang di Kabupaten Poso menceritakan, peristiwa gerhana matahari akan diringi oleh tetabuhan oleh seluruh masyarakat desa untuk mengharapkan kehadiran terang matahari kembali bagi kehidupan. Festival Kawaninya ini baru akan dapat digelar kembali dalam 350 tahun ke depan, ketika Gerhana Matahari Total kembali melintasi wilayah Kabupaten Poso. [yl/uh]