Menkeu: Runtuhnya Ekonomi Yunani, Pelajaran Berharga bagi Indonesia

  • Iris Gera

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, menjaga stabilitas sangat penting sehingga ekonomi Indonesia tidak mudah terpuruk, seperti dialami Yunani, dalam penjelasan kepada media di Jakarta, Kamis 2/7 (VOA/Iris Gera).

Runtuhnya perekonomian Yunani dapat dijadikan pelajaran berharga bagi Indonesia. Menurut Menkeu, menjaga stabilitas merupakan hal terpenting dalam menggerakkan perekonomian.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengatakan, kondisi ekonomi Yunani yang semakin tidak berdaya karena negara tersebut tidak berusaha menjaga stabilitas yang sudah ada selama ini di Yunani. Hal itu disampaikan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro kepada pers di Jakarta hari Kamis (2/7).

Menkeu menegaskan, kondisi di Yunani dapat dijadikan pelajaran berharga bagi Indonesia.

“Yunani itu seenaknya saja bikin defisit 8 persen budget, 8 persen GDP, kalau defisitnya 8 persen nutupnya pakai apa? pakai utang, banyak negara di Eropa karena terlalu gampang mendapatkan pembiayaan dari utang, pengumpulan pajaknya menjadi lemah, mereka juga tidak serius kumpulin pajak sehingga ketika surat utangnya tidak prospektif, ratingnya turun akhirnya apa? Dia nggak biasa bagaimana nih nutupin pengeluaran, surat utangnya jatuh ya selesailah, fiscal sustainability itu adalah paling penting,” paparnya.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro mengingatkan ekonomi Indonesia pernah serupa dengan kondisi ekonomi Yunani, sehingga jangan sampai terulang.

“Dulu mungkin pertumbuhannya hebat, Yunani, cuma apa gunanya pertumbuhan hebat, ini sama pelajaran dengan Indonesia ’98, pertumbuhan Indonesia dari ’90 sampai ’97, tujuh persen rata-rata, the best in history, ’98 minus 14 tuh pertumbuhannya karena kita nggak jaga stabilitas,” tambah Bambang.

Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro juga mengatakan agar stabilitas ekonomi tetap terkontrol, pemerintah tidak segan-segan melakukan revisi pertumbuhan ekonomi untuk menemukan angka yang realistis.

Sebelumnya dalam APBN Perubahan atau APBNP 2015, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7 persen dan realisasi pada smester satu 2015 sebesar 4,9 persen. Untuk itu pada smester dua 2015 pemerintah merevisi menjadi 5,5 persen, namun belakangan pemerintah menegaskan diperkirakan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun sekitar 5,2 persen.

“IMF saja setiap triwulan dia revisi tuh prediksi pertumbuhan ekonomi dunia, wajar saja kalau kita melakukan revisi pertumbuhan dari waktu ke waktu, dan kita coba cari revisi pertumbuhan yang paling realistis, sekarang kita lihat pada 5,2% karena kalau melihat kondisi dunia yang penuh ketidakpastian mungkin laju investasi tidak sebaik yang kita harapkan, ekspor, basically sudah hopeless, kita upayakan jangan sampai negatiflah,” lanjutnya.

Pada kesempatan berbeda, Deputi Gubernur BI, Perry Warjio mengatakan, jika pemerintah berupaya meningkatkan pertumbuhan melalui aktivitas ekonomi yang berasal dari belanja negara, BI juga berupaya meningkatkan pertumbuhan. Dengan terus mendorong agar bank-bank meningkatkan penyaluran kredit, diharapkan mampu menggerakan aktivitas perekonomian.

“Dari sisi kami mecoba mendorong bagaimana bank-bank bisa menyalurkan kredit lebih banyak, memang kita akui tantangannya sangat berat di global,” ungkap Perry Warjio.