Diabetes di Awal Kehamilan Terkait Risiko Autisme

Rabia, 32 (kiri), mendengarkan Dr. Nilofar membahas kehamilannya pada para ko-as di Rumah Sakit Perempuan Malalai di Kabul, Afghanistan. (Foto: Dok)

Paparan pada diabetes kehamilan yang didiagnosa sebelum kehamilan 26 minggu diasosiasikan dengan peningkatan risiko kelainan spektrum autisme pada bayi.

Ketika seorang ibu hamil terkena diabetes dalam 26 minggu pertama kehamilannya, bayinya menghadapi risiko yang semakin tinggi untuk memiliki kelainan spektrum autisme, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam The Journal of the American Medical Association.

Tidak ada yang tahu apa penyebab kelainan spektrum autisme, namun para peneliti mengetahui lebih banyak mengenainya. Kelainan ini, disebut ASD, merupakan kelainan perkembangan di mana otak tidak berfungsi secara normal. ASD tidak hilang, dan mereka yang memilikinya menghadapi kesulitan berkomunikasi, berinteraksi secara sosial dengan orang lain dan mengontrol perilakunya.

Dr. Edward Curry, salah satu penulis studi ASD yang dilakukan Kaiser Permanente Southern California, mengatakan "Perkembangan otak janin terjadi pada trimester pertama dan kedua. Itu adalah periode waktu ketika otak rentan gangguan, jadi kadar gula darah yang naik merupakan gangguan untuk janin."

Anny Xiang, penulis utama penelitian tersebut, bersama para koleganya mengkaji catatan-catatan medis dari lebih dari 300.000 anak yang lahir antara 1995-2009 di rumah-rumah sakit Kaiser Permanente Southern. Mereka melihat bahwa paparan pada diabetes kehamilan yang didiagnosa sebelum kehamilan 26 minggu diasosiasikan dengan peningkatan risiko kelainan spektrum autisme pada bayi.

Anak-anak yang lahir dari para ibu yang didiagnosa dengan diabetes terkait kehamilan setelah 26 minggu tidak menghadapi peningkatan risiko autisme, demikian juga dengan mereka yang ibu-bunya memiliki diabetes sebelum hamil. Dr. Curry mengatakan studi itu menunjukkan betapa kritisnya perawatan awal kehamilan.

"Para ibu sebaiknya tidak hanya datang untuk memeriksa diabetes tapi juga untuk mendapatkan vitamin kehamilan, hal-hal yang dapat berakibat positif pada perkembangan janin," ujarnya.

Sebab-sebab kelainan spektrum autisme tidak diketahui, namun para peneliti menemukan faktor-faktor yang meningkatkan risikonya. Lahir terlalu cepat, terlalu kecil, lahir dari orangtua berumur, memiliki saudara dengan autisme, terpapar obat tertentu atau logam berat saat hamil -- semuanya merupakan faktor-faktor risiko menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa satu dari 160 anak memiliki kelainan spektrum autisme.

Tidak ada obat bagi ASD, namun terapi dapat membantu dan riset terus berjalan.