Amazon Diingatkan Dampak Pemanfaatan Teknologi Pengenalan Wajah oleh Pemerintah

ARSIP – Petugas Kepolisian Seattle, Debra Pelich, kanan, menyematkan kamera video di kacamatanya saat ia berbincang dengan Alex Legesse sebelum pertemuan dengan masyarakat di Seattle (foto: AP Photo/Elaine Thompson, Arsip)

Kelompok-kelompok kebebasan sipil AS baru-baru ini menghubungi Amazon.com Inc. agar berhenti menawarkan layanan pengenalan wajah kepada pihak pemerintah, seraya memperingatkan bahwa perangkat lunak tersebut dapat dimanfaatkan untuk menyasar kaum imigran dan kalangan kulit berwarna secara tidak adil.

Lebih dari 40 kelompok mengirimkan surat kepada CEO Amazon, Jeff Bezos, dengan mengatakan bahwa teknologi dari komputasi awan perusahaan tersebut berada dalam kondisi yang matang untuk disalahgunakan. Surat itu menekankan bagaimana berbagai perangkat baru tersebut yang digunakan untuk mengidentifikasi dan melacak orang dapat dimanfaatkan untuk memperkuat pengawasan.

Amazon telah memasarkan layanan untuk berbagai pemanfaatan yang disebut Rekognition, yang mulai diperkenalkan pada akhir tahun 2016. Layanan ini termasuk mendeteksi muatan-muatan ofensif, mengidentifikasi kaum pesohor, dan melindungi keselamatan umum.

Dalam sebuah artikel blog tahun lalu, Amazon mengatakan fitur yang baru ini memungkinkan para pelanggannya untuk “mengidentifikasi orang yang dicarinya di antara kumpulan jutaan wajah dalam kondisi mendekati waktu nyata, yang memungkinkan pemanfaatan untuk kasus-kasus pencegahan kejahatan dalam waktu yang tepat dan secara akurat.”

Para pelanggan memberikan data kepada perangkat Amazon untuk melakukan pencarian.

“Dengan menghemat waktu beberapa detik saja di lapangan dapat membuat perbedaan dalam menyelamatkan nyawa,” ujar Chris Adzima, seorang analis pada Kantor Sherif Washington County di Oregon, dalam sebuah artikel di blog.

Kebebasan untuk tidak diawasi

Namun kelompok pendukung hak-hak warga menyatakan perangkat yang sangat canggih ini menimbulkan kekhawatiran.

“Warga harus bebas pergi kemanapun tanpa diawasi oleh pemerintah,” ujar surat yang ditujukan kepada Bezos tersebut. “Pengenalan wajah di tengah masyarakat Amerika mengancam kemerdekaan ini. Dalam masyarakat beragam yang diawasi secara berlebihan, kemerdekaan secara efektif dapat hilang.”

Amazon telah membantu berbagai jurisdiksi AS untuk memanfaatkan Rekognition, ujar surat tersebut, dengan mengutip catatan publik yang diperoleh oleh afiliasi American Civil Liberties Union.

Di Oregon, pihak penegak hukum mengunggah 300.000 foto catatan kepolisian yang berasal hingga dari masa tahun 2001 ke dalam komputasi awan Amazon dan mengindeksnya di Rekognition, menurut artikel di blog Amazon lainnya.

Rekognition mengenali empat wajah dengan kemiripan lebih dari 80 persen dari gambar seorang pencuri di toko bangunan yang tidak dikenali; pencarian di Facebook akhirnya membantu memecahkan kasus ini, tulis artikel tersebut.

Kepolisian Kota Orlando juga telah memanfaatkan Rekognition, menurut situs web Amazon.

Dalam sebuah pernyataan, Amazon Web Service menyatakan, “Kualitas kehidupan kita akan jauh lebih buruk sekarang apabila kita melarang teknologi baru ini hanya karena ada orang yang memilih untuk menyalahgunakan teknologi ini.”

Amazon mewajibkan semua pelanggannya untuk tunduk pada undang-undang dan bertanggungjawab saat memanfaatkan Rekognition, tambah perusahaan itu.

Pegecer daring terbesar di dunia tersebut tidak sendirian: Microsoft Corp dan Alphabet Inc., milik Google juga menawarkan layanan pengenalan wajah.

Pengenalan wajah telah menjadi fitur yang lazim dalam produk-produk konsumen yang ditawarkan oleh Apple Inc dan Facebook Inc. [ww]