Brazil, Indonesia Bukan Lagi Pasar yang Rapuh

Para pialang saham India bergembira melihat perkembangan di bursa saham Mumbai (13/5). (AP/Rajanish Kakade)

Dari Sao Paulo sampai Jakarta, para investor menaruh kembali kepercayaan terhadap pasar-pasar ekonomi baru tahun ini.
Tak hanya penggemar sepakbola yang fokus pada Brazil sejak dimulainya Piala Dunia, Kamis (12/6), para investor juga telah terpesona dengan pasar saham negara itu selama berbulan-bulan.

Brazil tidak sendiri. Dari Sao Paulo sampai Mumbai dan Jakarta, para investor menaruh kembali kepercayaan terhadap pasar-pasar ekonomi baru tahun ini.

Hal ini merupakan perubahan besar dari 2013, ketika investasi-investasi di pasar-pasar itu mengering karena kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Situasi sangat sulit sampai lima pasar negara berkembang -- Brazil, Afrika Selatan, India, Indonesia dan Turki -- disebut "Fragile Five" (Lima Pasar Rapuh) oleh para analis di Morgan Stanley.

Sekarang negara-negara ini jauh lebih menarik bagi investor. Beberapa telah mengambil tindakan untuk memperkuat ekonomi-ekonomi mereka. Yang lainnya melalui perubahan politik yang memperkuat kepercayaan investor. Pada saat yang sama, pertumbuhan yang lebih lambat di AS telah membuat penanaman modal di luar negeri lebih menarik.

"Fragile Five" ini meningkatkan suku bunga untuk menarik aliran dana investor kembali ke negara-negara mereka. India, misalnya, menaikkan suku bunga dari 7,25 persen pada September menjadi 8 persen pada Maret, sementara Brazil menaikkan dari 7,5 persen pada Mei tahun lalu sampai tingkat yang sekarang sebesar 11 persen.

Suku bunga lebih tinggi menarik bagi para investor di AS di mana bank sentral (Federal Reserve) telah mempertahankan tingkat bunga peminjaman hampir nol selama lebih dari lima tahun, dan hasil obligasi tetap rendah.

Politik juga berperan. Bulan lalu, Narendra Modi dan Partai Bharatiya Janata yang merupakan nasionalis Hindu menang besar dalam pemilihan umum selama tiga dekade. Modi memasarkan dirinya sebagai pemimpin yang dapat mengguncang negara dari tidur, dan kemenangannya yang besar seharusnya bisa membuatnya mereformasi ekonomi.

Ekonomi-ekonomi berkemabgn seharusnya mendapat untung dari pertumbuhan global. Indeks saham India naik 30 persen dalam periode yang sama, sementara Turki melonjak 44 persen dan saham Brazil naik 26 persen.