BPS: Perdagangan RI-Tiongkok Alami Surplus untuk Pertama Kali

  • Iris Gera

Produk-produk ekspor Tiongkok siap dikapalkan di pelabuhan Shanghai (foto: dok). Indonesia mengalami surplus perdagangan dengan Tiongkok, namun sebagian besar surplus dihasilkan oleh ekspor barang-barang baku (bahan mentah).

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan terakhirnya yang dirilis, Kamis, 1 Desember 2011 mencatat untuk pertama kalinya perdagangan Indonesia mengalami surplus dengan Tiongkok.

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial, Budaya Indonesia dan Tiongkok, Sudrajad DP, peluang tersebut harus terus direbut Indonesia agar perekonomian di dalam negeri meningkat.

Hal tersebut disampaikan Sudrajad DP kepada VoA di Jakarta hari Jumat (2/12) dan menurutnya banyak faktor yang membuat perdagangan Indonesia surplus terhadap Tiongkok. Ia juga mengingatkan agar Indonesia dapat mengimbangi kegiatan ekspor Tiongkok yaitu dengan cara mengekspor barang-barang jadi ke Tiongkok agar ekonomi di dalam negeri bergerak melalui proses industri sekaligus memberdayakan tenaga kerja lokal.

Sudrajad DP mengatakan, “Karena Cina dengan Indonesia itu harus pelihara hubungan baik ya, jadi sekarang barang-barang Tiongkok sudah juga melebar ke negara lain, ke Indonesia juga tidak sebanyak yang dulu. Untuk pertama kali surplus, nah ini mudah-mudahan bisa terus, tapi surplusnya itu bukan dari barang jadi tapi dari barang-barang baku, raw material, ini kan repot buat kita mustinya kalau kita mau lebih bagus lagi itu harus barang jadi, sepanjang ini masih barang-barang raw material artinya akan lebih banyak menguntungkan dari Cina sendiri.”

Sudrajad DP menambahkan masih banyak yang harus dikerjakan pemerintah agar perekonomian Indonesia tidak lagi mengandalkan kegiatan ekspor yaitu dengan cara memberdayakan pasar dalam negeri. Upaya tersebut menurutnya sekaligus untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor.

“Kita ini dipandangnya tenaga kerja terlalu mahal, fasilitas-fasilitas untuk industri juga kurang, nah juga fasilitas untuk kapal juga masih kurang, jadi banyak kita kekurangan-kekurangan, pemerintah untuk segera memberi kesempatan kepada swasta, memang kita harus memfasilitasi semua industri-industri yang akan dibangun di Indonesia, nah kalau tidak kita kalah bersaing,” papar Sudrajad.

Pada kesempatan berbeda, Wakil Menteri Keuangan, Ani Ratnawati optimistis ekspor Indonesia tahun ini sebesar 200 miliar dollar Amerika tercapai sehingga defisit perdagangan dapat ditekan dan justeru untuk ekspor tahun depan menurutnya akan mengalami koreksi dari target semula sebesar 220 miliar dollar Amerika.

Net export tahun depan mungkin ada koreksi, mungkin, terutamanya karena demand globalnya turun, harga-harga terkoreksi sehingga mungkin net export kita akan terkoreksi, walaupun tahun ini kita berharap tetap memecahkan rekor ekspor 200 miliar US dolar, tapi penurunan harga-harga itu kan nggak hari ini turun kemudian harganya kemudian ekspor hari ini turun biasanya dia ada time leg karena kan ekspor itu terkait juga dengan negara-negara lain, tapi kita antisipasi kalau net export turun kita masih puya tiga komponen lain consumption, investment dan government expenditure yang harus dijaga untuk men set off net export yang terkoreksi dari perhitungan,” papar Ani Ratnawati.

Menurut catatan BPS ekspor Indonesia ke Tiongkok pada Oktober 2011 mengalami surplus sebesar 107 juta dolar Amerika, karena ekspor Indonesia ke Tiongkok selama Oktober mencapai 2,241 miliar dolar Amerika dan impor dari Tiongkok mencapai 2,134 miliar dolar Amerika. Total surplus perdagangan Indonesia selama Oktober 2011 sebesar 1,15 miliar dolar Amerika.

Catatan BPS juga menunjukkan selama kerjasama perdagangan bebas antara Asean dan Tiongkok ditandatangai sejak 2010 perdagangan Indonesia terus mengalami defisit terhadap Tiongkok karena gencarnya impor produk Tiongkok masuk ke Indonesia.