Dam di Sungai Putih Magelang akan Dikeruk untuk Atasi Banjir Lahar

  • Munarsih Sahana

Sungai Putih di Magelang setelah Merapi meletus.

Masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Putih akan diberdayakan untuk mengeruk dam di sungai itu dalam program padat karya (Cash for Works).

Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta memperkirakan, letusan Merapi 2010 telah memuntahkan material vulkanik sebanyak 130 juta meter-kubik berupa pasir, lahar, batu kerikil dan batu-batu besar. Material menumpuk di sungai-sungai yang berhulu di Merapi, menimbulkan banjir lahar-hujan ketika terjadi hujan lebat secara terus-menerus.

Warga di desa Salamsari dan Ngablak kecamatan Srumbung kabupaten Magelang, Jawa Tengah sejak akhir pekan lalu harus mengungsi karena wilayahnya terkena aliran sungai yang menyimpang akibat terjadi penumpukan material vulkanik di Sungai Putih.

Pakar Geologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Profesor Dwikorita Karnawati ketika berada di salah satu bendungan Sabo pada aliran Sungai Putih yang berjarak empat kilometer dari puncak Merapi menjelaskan kepada VOA, perlunya dilakukan pengerukan sungai atau dibuat guide channel.

“Ini Sabo Dam yang berfungsi untuk mengendalikan aliran lahar, aliran yang pekat, kecepatannya tinggi,kuat. Terbukti disini bongkah-bongkah batu ukuran dua meter lebih bisa terangkut karena volume lahar dari hulu sangat besar sehingga daya tampung Sabo ini sudah terlampaui, oleh sebab itu agar tidak menjadi lebih besar Sabo ini perlu digali lagi,” jelas Profesor Dwikorita Karnawati.

Mulai hari Minggu (28 Nov), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama dinas terkait melakukan pengerukan aliran Sungai Putih dengan sistem Cash For Work atau semacam padat karya yang melibatkan masyarakat sekitar sungai, seperti dikemukakan Kepala BNPB Syamsul Maarif.

Batu-batu besar menumpuk di Sungai Putih Magelang, 4 kilometer dari puncak Merapi

“Untuk Cash For Work atau padat-karya, kesempatan ini juga kita lakukan untuk mengarahkan masyarakat untuk membuat guide-channel tadi dengan pemberian upah pada mereka, dan itu merupakan bagian dari strategi untuk menaikkan daya-beli masyarakat, dan kita lihat bersama sudah ada beberapa kampung yang diungsikan kemarin karena hujan yang cukup deras,” ungkap Syamsul Maarif.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak, Kementerian Pekerjaaan Umum, Bambang Hargono mengatakan, sejak tahun 1970an dam-dam Sabo telah dibangun di sungai-sungai yang berhulu di Merapi, berfungsi menghambat aliran lahar, dan efektifitasnya dievaluasi dari waktu ke waktu.

“Sudah sejak tahun 1970an itu kita sudah membuat review master-plan. Yang 244 (Sabo Dam) itu dulu sebetulnya juga nggak segitu. Karena perilaku letusan nya (Merapi) sendiri berubah-ubah. Setelah ada letusan kita evaluasi lagi. Ini rasanya dimana-mana sudah penuh ya, ini nanti juga kita evaluasi apakah efektif, sebetulnya seberapa efektif, seberapa banyak desa yang terganggu kanan-kiri,” kata Bambang Hargono.

Menurut Bambang Hargono, ada juga sisi negatif dari dam Sabo, yaitu pasir tertahan di dam tertentu sehingga pasir tidak mengalir ke wilayah di bawahnya, sehingga menimbulkan erosi.

Selain membuat guide channel untuk mengembalikan aliran Sungai Putih, pihak berwenang juga memasang alat deteksi dini bahaya banjir lahar-hujan di sungai Gendol, Boyong, Opak, serta Sungai Woro yang merupakan empat sungai besar yang berhulu di Merapi.