Arab Saudi Siap Mengambil Alih Kendali G20

Seorang pria membawa makanannya saat dia berjalan melewati spanduk yang menunjukkan Raja Saudi Salman, kiri, dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, di Jiddah, Arab Saudi, 12 November 2019. (Foto: AP)

Arab Saudi akan mengambil alih kendali G20 selama satu tahun ke depan. Negara tersebut tengah berusaha bangkit kembali dari kasus yang menggemparkan terkait isu hak asasi manusianya dan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada tahun lalu.

Menteri luar negeri baru kerajaan, seorang pangeran dengan pengalaman diplomatik di Barat, mendarat di kota Nagoya Jepang pada hari Jumat untuk bertemu dengan rekan-rekannya dari Kelompok G20.

Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud diangkat pada Oktober setelah adanya perombakan kabinet parsial. Ia bergabung dengan generasi bangsawan baru di usia 40-an yang naik ke tampuk kekuasaan di bawah Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman (34 tahun), penguasa de facto dari negara pengekspor minyak top dunia.

BACA JUGA: Buntut Hilangnya Wartawan, Perusahaan Barat Mundur dari Konferensi Investasi di Saudi

Arab Saudi -sekutu penting AS dalam menghadapi Iran- telah menghadapi banyak kritik Barat atas pembunuhan Khashoggi, penahanannya terhadap aktivis hak-hak perempuan dan perannya dalam perang yang menghancurkan di Yaman.

Para diplomat mengatakan G20 mungkin membantu menempatkan masalah Riyadh di belakangnya. Raja Salman memuji peran kunci G20 dalam perekonomian global.

Pangeran Faisal akan mengambil tongkat pada upacara pada hari Sabtu di Nagoya, di mana para menteri luar negeri G20 telah berkumpul untuk sebelum pembicaraan.

BACA JUGA: Raja Saudi Bertemu Direktur CIA Terkait Pembunuhan Jurnalis Khashoggi

Jepang -yang memimpin G20 tahun ini- adalah pasar ekspor terbesar kedua kerajaan tahun lalu, sebesar AS$ 33 miliar, menurut data perdagangan IMF.

Terlepas dari ketergantungannya pada minyak Saudi, Jepang telah memperdalam hubungannya dengan kerajaan berkat konglomerat teknologi Jepang SoftBank Group. Riyadh telah menjadi pendukung besar Dana Visi SoftBank yang besar.

Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi, mengatakan kepada Pangeran Faisal bahwa ia senang bertemu dengannya untuk pertama kalinya dan kedua pihak ingin meningkatkan hubungan, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang.

Motegi memuji kerja Saudi untuk menstabilkan Yaman selatan, tempat Riyadh mengatur kesepakatan untuk mengakhiri perebutan kekuasaan antara pemerintah Yaman, yang didukungnya, dan separatis selatan.

BACA JUGA: Saudi Aramco Tawarkan 1,5% Saham Senilai AS$25,6 Miliar

Raja Salman juga mengatakan minggu ini, Riyadh menginginkan penyelesaian politik di Yaman, di mana ia telah memerangi Houthi yang berpihak Iran dalam perang hampir lima tahun. Perang tersebut telah menewaskan puluhan ribu dan mendorong bagian-bagian negara itu ke ambang kelaparan.

Sebuah sumber diplomatik mengatakan telah terjadi "pelonggaran nyata" dalam konflik Yaman dalam beberapa pekan terakhir. Sumber itu mengatakan serangan udara Saudi menewaskan warga sipil tidak akan menjadi "latar belakang yang bagus untuk menjadi tuan rumah G20" dan tidak akan menyatu dengan pesan kerajaan membuka.

Para diplomat mengatakan bahwa Arab Saudi merencanakan lebih dari selusin KTT G20 sepanjang tahun mengenai pariwisata, pertanian, energi, lingkungan, dan ekonomi digital.

Kontak diplomatik dan bisnis terkemuka menyarankan Riyadh telah mengatasi banyak kesulitan yang diterimanya atas pembunuhan Khashoggi, tetapi masih berjuang untuk menarik investor asing, kata analis Neil Partrick. [ah]