Amerika Upayakan Peran Keamanan Baru di Asia Tengah

Tentara AS duduk di bawah bendera Amerika yang baru saja dikibarkan untuk memperingati sepuluh tahun serangan 9/11 di Pangkalan Operasi Maju Bostick di Provinsi Kunar, Afghanistan, 11 September 2011. (Foto: AP)

Ketika Amerika menarik pasukan terakhirnya di Afghanistan, pemerintahan Biden mengamati Asia Tengah lebih seksama dibanding kapan pun sejak awal tahun 2000-an, sebagai potensi lokasi peluncuran sisa operasi kontra-terorisme di wilayah itu.

Namun perencanaan operasi itu dipersulit oleh skeptimisme negara-negara ini terhadap Washington DC, yang oleh sebagian orang di kawasan itu dipandang sebagai mitra yang tidak dapat diandalkan. Sementara Rusia dan China – yang keduanya dinilai memainkan peran signifikan di Asia Tengah – hampir tidak mungkin menyambut peningkatan kehadian militer Amerika di wilayah yang mereka anggap sebagai “halaman belakang” mereka sendiri.

David Helvey, Penjabat Asisten Menteri Pertahanan Amerika Untuk Indo-Pasifik, berbicara kepada hadirin di simposium tahunan Global Taiwan Institute di Washington, DC, 11 September 2019. (Foto: VOA)

Penjabat Asisten Menteri Pertahanan Amerika Untuk Indo-Pasifik David Helvey pada 12 Mei lalu mengatakan pada Komite Angkatan Bersenjata DPR bahwa belum ada pengaturan dengan negara-negara tetangga Afghanistan untuk mengijinkan keberadaan pasukan atau pengawasan oleh Amerika.

“Kami masih memiliki kemampuan untuk melakukan penuntutan teroris dari berbagai posisi di sekitar kawasan itu. Memperkirakan apa yang akan terjadi... merupakan bagian penting dari persamaan itu,” ujar Helvey.

Helvey juga mengatakan kepada Kongres bahwa Pentagon sedang melihat wilayah yang “lebih dekat ke Afghanistan” tanpa menyebut negara tertentu.

Sementara Panglima Komando Pusat Amerika, Jendral Marinir Kenneth McKenzie, mengkonfirmasi bahwa Washington sedang menjajaki opsi untuk menyimpan aset di Asia Tengah guna menanggapi ancaman apapun.

“Kami belum memiliki perjanjian apapun,” ujarnya pada Kongres 20 April lalu.

BACA JUGA: Pentagon: 13% Pasukan AS Sudah Ditarik dari Afghanistan

McKenzie menjelaskan bahwa Amerika membutuhkan platform intelijen, pengawasan dan pengintaian di wilayah itu, yang dapat mencakup pesawat-pesawat besar berawak dan pesawat nirawak.

Departemen Luar Negeri Amerika, yang memimpin pembicaraan itu, mengatakan pada VOA bahwa Amerika sedang mereorganisir postur kontra-terorismenya untuk mencegah munculnya kembali ancaman teroris.

Sejumlah pejabat di Departemen Luar Negeri Amerika menegaskan bahwa “negara-negara tetangga Afghanistan memahami kepentingan kami dalam hal mengatasi terorisme internasional, khususya ancaman dari ISIS dan Al Qaeda.”

Amerika memiliki kerjasama militer dan perjanjian penggunaan wilayah udara untuk terbang dengan semua negara di Asia Tengah, kecuali Kyrgyzstan, yang berakhir tahun 2014 ketika Amerika menutup pangkalan udara di Bishkek. [em/jm]