Aktivis Remaja Inggris Tingkatkan Keragaman Etnis di Pedesaan Lewat "Black 2 Nature"

  • Associated Press

Aktivis lingkungan, Mya-Rose Craig, memegang spanduk bertuliskan "youth strike for climate" atau (pemuda mogok demi iklim" selagi duduk di atas es di tengah laut Arktik, September 2020 (Dok: REUTERS/Natalie Thomas)

Remaja Inggris, peraih gelar doktor kehormatan dari universitas Bristol, Mya-Rose Craig, adalah aktivis lingkungan dan ahli burung yang berusaha membantu daerah pedesaan melalui badan amalnya, "Black2Nature, agar menjadi lebih hijau, sekaligus menjadi tempat yang lebih beragam secara etnis.

Konservasionis berusia 18 tahun, Mya-Rose Craig, berkampanye untuk mengajak lebih banyak warga keturunan etnis minoritas ke daerah pedesaan.

Berkaca pada latar belakangnya sebagai perempuan keturunan campuran Bangladesh dan sebagai ahli ornitologi atau ilmu burung, Mya mendekatkan alam bebas kepada anak-anak keturunan etnis minoritas yang tinggal di perkotaan.

Pagi hari, Mya sudah berada di luar rumah sambil membawa teropongnya. Sejak kecil, ia sangat menyukai ilmu burung dan telah menjelajah dunia untuk mencari spesies burung Iangka.

Namun, pengalamannya sebagai perempuan muda keturunan campuran Bangladesh yang mendalami hobi yang biasa dimiliki warga kulit putih kelas menengah, membuatnya bertanya-tanya akan apa yang terjadi di daerah pedesaan Inggris.

Saat berusia 13 tahun, Mya mendirikan badan amal, Black2Nature, sebagai upayanya untuk meningkatkan keragaman dalam proyek-proyek pedesaan dan lingkungan.

Sejak itu, ia berkampanye tanpa lelah untuk menjadikan daerah pedesaan yang lebih inklusif, khususnya dalam bidang konservasi.

Usahanya tidak luput dari perhatian dan ia menjadi orang Inggris termuda yang menerima gelar doktor kehormatan atau ‘Honoris Causa’ dari Universitas Bristol pada usianya yang baru 17 tahun.

Ia juga pernah berbagi panggung dengan aktivis lingkungan, Greta Thunberg pada acara Youth Strikes 4 Climate di Bristol.

"Kami tengah berupaya mendobrak berbagai penghalang dan berusaha membuat orang merasa diterima di pedesaan," ujar Mya-Rose Craig kepada Associated Press.

"Satu hal yang sangat menyedihkan adalah prasangka bahwa daerah pedesaan itu (identik) dengan warga kulit putih dan kelompok elit, bahwa warga kulit hitam dan Asia tidak diterima, tidak sepenuhnya salah, sehingga menurutnya menjadikannya sangat sulit," tambahnya.

Mya adalah anak muda yang sangat sibuk. Belum lama ini ia diminta untuk berbicara di konferensi Youth Environment Summit Somerset. Mengingat adanya pembatasan terkait COVID-19 di Inggris, konferensi itu dilakukan secara virtual. Walau hanya berbica melalui kamera web, suara Mya tetap didengar.

Pada hari yang sama, Black2Nature juga mengadakan acara menanam pohon di lokasi yang tak jauh dari tempat tinggalnya, yang tengah dibiakkan kembali. Badan amalnya menerima 40 sukarelawan dari kota dekat Bristol.

Proyek Tanah Lembah atau Strode Valley Land dimiliki oleh konservasionis Ben Moss yang setuju untuk menjadi tuan rumah acara tersebut. Namun, sebelum para sukarelawan sibuk dengan sekop mereka, Ben perlu mengajari secara singkat cara menanam pohon.

Tak lama kemudian, mereka bekerja dengan cepat, sambil tertawa dan bercanda.

Mya menjelaskan, kebanyakan anak yang tergabung dalam kamp Black2Nature belum pernah ke daerah pedesaan dan mereka belum pernah mengikuti kamp sekolah atau sejenisnya.

Jadi biasanya ini merupakan pertama kalinya mereka berkenalan dengan satwa liar di pedesaan dan alam pedesaan. Menurutnya, ini merupakan pengalaman yang membuka mata mereka, karena mereka belum pernah melakukan hal seperti itu.

Keluarga McLean hadir dalam jumlah yang besar untuk menanam pohon, untuk mengenang kakek nenek mereka. Anak-anak keluarga McLean jarang pergi hingga ke pelosok dan menikmati bisa kembali ke alam.

"Walau Anda memiliki pengetahuan tentang pedesaan dan datang sebagai warga kulit hitam atau warga kulit berwarna, Anda merasa seperti dikucilkan atau Anda tidak tahu mengenai pedesaan atau mungkin tidak memakai sepatu yang tepat atau semacamnya. Karena itu, Anda merasa tidak bisa terlibat karena Anda tindak ingin menjadi sasaran rasisme atau semacamnya, sehingga sayangnya orang merasa tidak disambut," ujar Sensi McLean kepada Associated Press.

Aktivis lingkungan, Mya-Rose Craig, memegang spanduk bertuliskan "youth strike for climate" atau (pemuda mogok demi iklim" selagi duduk di lapisan es yang mengapung di tengah laut Arktik, September 2020 (Dok: REUTERS/Natalie Thomas)

Charlotte Sullivan datang bersama saudara perempuannya dan anaknya, Nia-ray, yang berusia 8 tahun. Mereka bekerja sama untuk menanam pohon.

Saat Charlotte melihat iklan acara tersebut, ia tahu bahwa ini adalah sebuah acara dimana ia ingin terlibat.

Ia menjelaskan bahwa acara-acara yang didominasi oleh warga kulit putih terkadang tidak nyaman.

"Mungkin saya akan berpikiran untuk tidak datang ke pedesaan. Saya mungkin akan berpikir tidak ada orang lain yang serupa dengan saya atau anak saya. Seperti saudara perempuan saya yang mengatakan bahwa (akan) pergi dan melakukan berbagai kegiatan dengan orang-orang yang mirip dengan dirinya. Tidak hanya agar bisa nyaman, tetapi juga untuk memberikan kenyamanan kepada anak-anak," kata Charlotte kepada Associated Press.

Namun, Charlotte melihat bahwa keikutsertaan warga keturunan campuran etnis di Black2Nature merupakan perubahan yang baik.

Dionne Nelson datang ke acara tersebut bersama anak-anaknya untuk menanam pohon. Melihat cacing-cacing dan menyentuh tanah telah mengangkat imajinasi mereka.

Seluruh tim bekerja di bawah arahan Ben Moss dan kemudian mulai menanam.

"Pengalaman ini sungguh luar biasa dan saya ingin lebih banyak mengikuti acara-acara seperti ini, terutama ketika udara sudah mulai menghangat. Melalui kegiatan ini, anak-anak bisa beraktivitas di luar," ujar Dionne Nelson kepada Associated Press.

Bekerja sukarela pada masa lockdown diperbolehkan di Inggris. Acara ini bagaikan perubahan yang menyenangkan bagi kebanyakan sukarelawan ini. Black2Nature juga menerima tamu-tamu warga kulit putih, namun berusaha secara aktif merangkul warga keturunan etnis minoritas untuk ambil bagian dan juga menjadi pengawas.

Biasanya Black2Nature mengadakan acara berkemah di alam, dengan berbagai permainan dan aktivitas yang berhubungan dengan ilmu alam. Tetapi acara-acara ini dihentikan sementara karena pandemi. Alih-alih, Black2Nature fokus pada penananam pohon, yang merupakan langkah awal bagi anak-anak dalam perjalanan konservasi yang lebih panjang.

Lembah Chew yang berada tepat di sebelah selatan Bristol adalah daerah yang indah di Inggris, yang makmur dan memberikan kenyamanan bagi warga kulit putih.

Carmen Anderson bekerja untuk sebuah jaringan kesetaraan ras di Bristol dan mendengar tentang Black2Nature. Ia memutuskan untuk membawa serta dua anak remajanya menjadi sukarelawan.

Walau ia bekerja secara profesional dalam bidang kesetaraan ras, ia menyadari betapa banyak hal yang perlu dilakukan untuk mendobrak batasan rasial di pedesaan.

"Saat menyetir di pedesaan, saya sempat berpikiran orang-orang akan mengira bahwa saya tersesat. Saya bahkan tidak ingin meminta petunjuk ketika tersesat karena orang mungkin akan bertanya-tanya apa yang saya lakukan di sana," kata Carmen Anderson kepada Associated Press.

Aktivis lingkungan, Mya-Rose Craig, duduk di kapal di laut Arktik, September 2020 (Dok: REUTERS/Natalie Thomas)

Usai konferensi melalui Zoom, Mya lalu menghadiri acara penananam pohon yang tak jauh dari rumahnya, bersama ibunya, Helena Craig, yang lahir di Inggris dari orang tua yang berasal dari Bangladesh. Helena adalah ketua Black2Nature dan selalu mendukung anaknya dalam berkampanye.

Bersama para sukarelawan muda, Mya menutupi pohon dengan plastik pelindung supaya anak-anak pohon itu tidak dimakan kelinci dan rusa.

Usaha dan badan amal Mya tidak hanya membantu pedesaan menjadi lebih hijau pada masa depan, tetapi juga menjadi tempat yang lebih beragam secara etnis. [di/ka]