Abdillah Onim: Perlawanan Bersenjata Jadi Satu-satunya Cara Hadapi Israel

  • Fathiyah Wardah

Konvoi Pengangkut Personil Lapis Baja (APC) mengambil posisi di dekat perbatasan Israel dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, 13 Oktober 2023. (Foto: REUTERS/Violeta Santos Moura)

Penggiat kemanusiaan Indonesia menyatakan Israel selalu melanggar hukum internasional dan berbagai perjanjian yang telah ditandatangani. Oleh karena itu perlawanan bersenjata kini menjadi satu-satunya cara menghadapi Israel.

Perang Gaza yang terjadi sejak Sabtu pada pekan lalu (7/10) hingga saat ini telah menewaskan 1.500 warga Palestina dan melukai 5.339 lainnya; sementara di pihak Israel, sedikitnya 1.300 orang tewas akibat serbuan pasukan Hamas dan Jihad Islam yang telah memicu perang.

Menanggapi perkembangan situasi di Gaza, penggiat kemanusiaan asal Indonesia yang tinggal di Jalur Gaza, Abdillah Onim, dalam sebuah diskusi secara virtual pada Jumat (13/10) menjelaskan bagaimana Israel selalu melanggar hukum internasional dan berbagai perjanjian yang telah ditandatangani. Israel bahkan terus memperluas wilayahnya dan sekarang sudah menguasai lebih dari 80 persen wilayah itu. Israel, tambah Onim, terus membangun permukiman Yahudi di Tepi barat.

Israel, dibantu Mesir, pada 2006 memblokir Jalur Gaza setelah Hamas memenangkan pemilu dan menguasai wilayah itu. Israel mengatakan pemblokiran itu dapat dijustifikasi karena kebutuhan pokok dapat saja digunakan untuk membeli persenjataan.

Roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza terlihat dari Ashkelon, Israel, Jumat, 13 Oktober 2023. (Foto: AP/Tsafrir Abayov)

Israel terus membangun permukiman Yahudi di Tepi Barat yang sebenarnya melanggar hukum internasional, namun dunia tampaknya membutakan mata, tambah Onim.

"Satu-satunya cara yang mereka (para pejuang Palestina) miliki adalah mengangkat senjata untuk melakukan perlawanan. Dengan diplomasi tidak didengar, dengan penderitaan tidak didengar, dengan perampasan tanah mereka tidak didengar, dan mereka sangat yakin ini bukan sebuah kegagalan," kata Onim.

Ditambahkannya, perlawanan bersenjata yang dilakukan Hamas juga bertujuan untuk meraih kemerdekaan.

Ketika Perang Gaza meletup pada Sabtu pekan lalu, lanjut Onim, duta besar Indonesia di Mesir dan Yordania, serta Menteri Luar Negeri Retno Marsudi langsung menelepon Onim untuk menanyakan jumlah warga Indonesia yang menetap di Gaza, keadaan mereka, dan apa yang dibutuhkan warga Indonesia di Gaza.

Sebuah Pengangkut Personil Lapis Baja (APC) Israel di dekat perbatasan Israel dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, 13 Oktober 2023. (Foto: REUTERS/Amir Cohen)

KBRI di Kairo, Mesir, bahkan mengatakan telah menyiapkan tim di perbatasan Raffah untuk membantu memenuhi kebutuhan warga Indonesia yang ingin menyebrangi perbatasan itu menuju ke Mesir.

Onim menjelaskan ada 10 warga Indonesia yang bermukim di Gaza. Dia telah menghubungi satu-satu warga Indonesia di Gaza untuk menanyakan kabar masing-masing dan apa yang dibutuhkan. Sejauh ini, sepuluh warga Indonesia di Gaza dalam keadaan sehat.

Your browser doesn’t support HTML5

Abdillah Onim: Perlawanan Bersenjata Jadi Satu-satunya Cara Hadapi Israel

Bapak dua anak itu juga menyatakan akan meninggalkan Gaza menuju Mesir untuk menunggu situasi kondusif di Gaza. Saat ini warga Indonesia di Gaza menunggu tim ICRC (Komite Palang Merah Internasional) membawa warga Indonesia keluar menuju perbatasan Mesir.

Proses Evakuasi dari Gaza Rumit

Menurut mantan Wakil Duta Besar Indonesia untuk Mesir Aji Surya, proses evakuasi warga Indonesia dari Gaza merupakan pekerjaan yang rumit. Namun pemerintah Indonesia sudah berpengalaman mengevakuasi warga Indonesia dari medan perang, seperti dari Sudan.

BACA JUGA: Kemlu: 4 WNI Dievakuasi dari Israel, Masih Ada 139 di Gaza dan Israel 

Untuk membuka pintu perbatasan antara Mesir dan Gaza, KBRI di Kairo akan meminta izin kepada Kementerian Luar Negeri Mesir.

"Ketika izin itu diberikan dan Bang Onim bisa pergi dari rumahnya menuju perbatasan, maka kita akan mengirimkan diplomat-diplomat kita untuk datang langsung ke perbatasan di Rafah. Melalui surat yang diberikan oleh Kementerian Luar Negeri (Mesir), baru bisa menjemput Bang Onim untuk dibawa masuk ke Mesir," ujarnya.

Menurut Dubes Aji Surya, seperti pengalaman di Perang Arab-Israel 1948, Perang Enam Hari 1967, dan Perang Yom Kippur 1973, Perang Gaza kali ini akan membuat Israel memperluas wilayahnya dan mungkin mencaplok kembali Jalur Gaza. [em/rd]