Pesawat Militer AS Pembawa Bantuan Tiba di Rangoon

Sebuah pesawat angkut militer Amerika bermuatan beberapa ton bantuan telah mendarat di Rangoon, Birma hari Senin, sementara korban tewas akibat topan Nargis di sana telah bertambah mendekati 32 ribu orang. Itulah pertama kali pesawat Amerika diizinkan Birma mendarat sejak Nargis melantak negeri itu lebih sepekan lalu. Pesawat itu tiba sementara masyarakat internasional terus mendesak Birma yang mengucilkan diri membuka pintu kepada bantuan asing.

Pesawat angkut jenis C-130 itu membawa air minum, kelambu dan selimut dari sebuah pangkalan udara di Thailand. Dalam pesawat juga ikut panglima Angkatan Laut Amerika untuk wilayah Pasifik Laksamana Timothy Keating bersama sejumlah pejabat. Laksamana Keating mengatakan kepada VOA ia membawa surat untuk para jenderal yang memerintah Birma menawarkan bantuan militer Amerika dalam bentuk kapal, helikopter dan pesawat udara.

Pemerintah Birma menerangkan, lebih dari 31,900 orang sudah dikonfirmasikan tewas dan hampr 30 ribu hilang. Pejabat-pejabat PBB menaksir jumlah yang tewas bisa dari 60 sampai 100 ribu orang dan mengingatkan banyak jiwa bisa melayang kecuali jika bantuan internasional segera bisa masuk ke Birma. PBB menaksir ada dua juta orang di yang sekarang mendesak membutuhkan bantuan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan pemerintah militer Birma perlu sekali mempercepat proses menerima dan menyalurkan bantuan kepada korban taufan Nargis pekan lalu. Dalam komentar selesai mendengar taklimat khusus tentang Birma hari Senin, Ban Ki-moon mengingatkan kecuali jika semakin banyak bantuan yang semakin cepat masuk maka Birma bisa menghadapi berjangkitnya penyakit infeksi yang dapat membuat situasi sekarang kecil.

Ia mendesak pemerintah Birma mendahulukan rakyatnya dan mengatakan upaya internasional untuk membantu bukan menyangkut politik tetapi menyangkut soal menyelamatkan jiwa.

Sejak Nargis menerjang negeri itu lebih sepekan lalu masyarakat internasional sudah bertambah frustrasi dengan respons pemerintah militer Birma pada bencana itu. Birma yang mengucilkan diri ternyata lambat dalam mengizinkan bantuan masuk ke negeri itu dan dalam memberi visa kepada petugas bantuan asing.