Menteri Luar Negeri Amerika Condoleeza Rice mengatakan terdapat sebuah momen peluang dalam usaha memajukan perdamaian antara Israel dan Palestina, tetapi untuk itu, banyak yang harus dikerjakan.
Ia berbicara setelah pembicaraan di Jerusalem hari ini dengan Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni.
Rice sebelumnya telah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah, Tepi Barat.
Pertemuan putaran kedua Rice-Abbas diadakan setelah Rice mengujungi kota Betlehem di Tepi Barat, dimana ia menyerukan agar umat Kristen, Yahudi dan Muslim menggunakan agama sebagai kekuatan rekonsiliasi.
Menteri Rice bertemu Presiden Presiden Abbas di Ramallah dalam rangka persiapan konferensi perdamaian Timur Tengah mendatang yang didukung Amerika.
Abbas menuduh Israel menghambat persiapan konferensi perdamaian Timur Tengah yang diprakarsai Amerika. Ia mengatakan ia tidak akan menghadiri konferensi itu, dan ia memperingatkan Rice waktunya tinggal sedikit untuk menyusun sebuah dokumen perdamaian bersama dengan Israel. Rice telah berusaha untuk mendekatkan kedua belah pihak, untuk memperkecil perbedaan diantara mereka sehubungan dokumen itu sebelum konferensinya dimulai.
Di Bethlehem, Menlu Rice bersembahayang di Gereja Nativity, yang dianggap tempat kelahiran Yesus. Ia mengatakan, ketiga agama di tanah suci itu memiliki peluang untuk mengatasi perbedaan dan penderitaan.
Menteri Rice diperkirakan akan mengadakan pembicaraan terpisah dengan dengan PM Israel Ehud Olmert hari ini sebagai bagian dari usaha memperkecil perbedaan pihak Israel dan PihAk Palestina mengenai dokumen bersama yang akan diajukan dalam konperensi perdamaian mendatang.
Sebelumnya, berbicara di Kairo, Menteri Rice mengatakan, Amerika berharap Israel dan Palestina memenuhi kewajiban mereka dalam rencana damai Timur Tengah yang dikenal sebagai peta jalan.
Di Kairo, Rice juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir Hosni Mubarak. Mesir menawarkan dukungan bagi KTT damai yang direncanakan dan dan akan dilangsungkan akhir tahun ini.