Kelompok Pro-Senjata Dianggap 'Ancaman Keamanan Domestik'

Presiden AS Donald Trump berbicara pada forum perkumpulan senapan nasional AS (NRA) di Atlanta, Georgia tanggal 28 April lalu (foto: ilustrasi).

Seorang anggota Kongres Amerika menyebut perkumpulan senapan nasional atau NRA serta juru bicaranya sebagai “ancaman bagi keamanan dalam negeri,” dalam beberapa postingan dalam media sosial. Tuduhan itu segera mendapat kutukan dari kelompok NRA.

“Saya hanya ingin mengatakan bahwa NRA dan Dana Loesch dengan cepat sedang menjadi ancaman dalam negeri di bawah Presiden Trump. Kita tidak bisa menutup mata tentang hal itu,” kata Kathleen Rice, anggota DPR partai Demokrat dalam pesan Twitternya.

Komentar Rice pada hari Kamis itu adalah kelanjutan postingan sebelumnya di mana ia tampaknya menuduh NRA bias terhadap kelompok minoritas, karena NRA tidak mau mendukung seorang warga kulit hitam yang ditembak polisi yang menghentikan mobilnya.

“Kalau seorang kulit putih ditembak mati ketika polisi mengadakan penyetopan kendaraan secara rutin, dan dia kedapatan punya senjata api secara sah dan sebatang rokok ganja, apakah NRA akan berdiam diri saja? Kalianlah yang berbohong,” kata anggota DPR Rice dalam tweetnya.

Komentar Rice itu merujuk pada kematian Philando Castillo, warga kulit hitam yang ditembak mati oleh polisi yang menghentikan mobilnya untuk pemeriksaan rutin tahun 2016. Castillo ditembak mati oleh seorang polisi Minnesota setelah Castillo mengatakan bahwa ia punya senjata dan punya izin untuk itu.

NRA mendapat kecaman keras setelah insiden itu karena sebagian orang melihat kelompok itu tidak mau membela hak warga yang punya senjata api secara resmi. Tapi juru bicara NRA Dana Loesch mengatakan, NRA tidak berkomentar atas kematian Castillo karena Castillo kedapatan punya ganja ketika ia ditembak mati. [ii]