Tautan-tautan Akses

Proyek Ilmuwan Warga Bantu Lacak Eksistensi Katak Australia


Graeme Sawyer, pendiri kelompok Northern Territory yang dikenal sebagai Frog Watch, memegang kodok tebu (kiri) dan katak asli di billabong, 120 kilometer di selatan Darwin, Australia, 11 Mei 2005.
(Foto: dok).
Graeme Sawyer, pendiri kelompok Northern Territory yang dikenal sebagai Frog Watch, memegang kodok tebu (kiri) dan katak asli di billabong, 120 kilometer di selatan Darwin, Australia, 11 Mei 2005. (Foto: dok).

Di Australia, mendengarkan panggilan kawin katak telah menjadi salah satu dari sedikit cara untuk melacak kehancuran populasi katak selama kebakaran hutan tahun lalu.

Sudah setahun sejak kebakaran melanda jutaan hektar hutan dan semak belukar di Australia. Miliaran hewan diyakini binasa atau punah karena kebakaran. Tetapi penelitian baru dari proyek sains warga mengungkap fakta mengejutkan: populasi katak Australia ternyata mampu bertahan dari kehancuran lingkungan.

Para ilmuwan di Museum Australia, lembaga sains yang didanai pemerintah negara bagian New South Wales (NSW) di Sydney, menemukan bahwa beberapa spesies katak mulai terdengar bersuara hanya beberapa hari setelah kebakaran hutan yang menghanguskan semak belukar.

Ini mengejutkan karena menurut Lembaga Konservasi Alam Internasional (IUCN), katak merupakan salah satu kelompok vertebrata paling terancam di dunia, karena kebutuhan habitat mikronya yang spesifik. Kebakaran hutan bisa menjadi pemicu cepat kepunahan mereka.

Fakta ini terungkap dari proyek ilmuwan warga yang telah melacak populasi katak di berbagai penjuru Australia selama tiga tahun terakhir. Proyek itu pada intinya adalah proyek ilmiah yang melibatkan partisipasi publik untuk meningkatkan pengetahuan di bidang sains.

Jody Rowley, pakar biologi amfibi Museum Australia, mengakui kontribusi besar proyek itu dalam dunia sains. “Proyek ini sebenarnya memberi saya lebih banyak harapan, tidak hanya untuk populasi katak itu sendiri, tetapi fakta bahwa orang-orang benar-benar peduli, bahwa mereka ingin menjadi bagian dari ini, dan bahwa kami memiliki harapan untuk memastikan bahwa generasi mendatang memiliki bumi yang diwarnai suara katak. Kehadiran katak menandakan bahwa ekosistem di mana binatang itu berada dalam kondisi sehat.”

Proyek ilmuwan warga ini mengandalkan aplikasi ponsel gratis yang disebut FrogID. Aplikasi itu memungkinkan para ilmuwan warga merekam suara katak di alam liar.

Proyek Ilmuwan Warga Bantu Lacak Eksistensi Katak Australia
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:00 0:00

Aplikasi tersebut mengunggah semua hasil rekaman ke pangkalan data sehingga memungkinkan para ilmuwan dapat mendengarkan dan mengidentifikasi panggilan kawin unik dari spesies katak yang berbeda-beda.

Rekaman tersebut diberi geotag untuk memungkinkan pemetaan. Hasil pemetaannya dapat memberikan gambaran rinci tentang di mana spesies katak yang berbeda hidup, dan pada periode waktu kapan dalam setahun mereka aktif bereproduksi.

Andrew Trevor-Jones, seorang ilmuwan warga yang terlibat dalam proyek itu, menggambarkan bagaimana ia mengumpulkan data suara katak.

"Setiap hari, spesies katak yang berbeda akan terdengar. Ketika udara menghangat, spesies lain terdengar. Pada malam hari seperti sekarang, ketika saya berjalan-jalan, saya bisa mendengar lima spesies berbeda. Saya mencoba untuk mendapatkan lima spesies yang berbeda pada satu rekaman, tetapi terkadang saya tidak bisa. Saya harus melakukan banyak rekaman untuk mendapatkannya," jelasnya.

Sejak proyek dimulai, 300.000 panggilan katak telah diverifikasi oleh para ilmuwan dan ditambahkan ke pangkalan data.

Para ilmuwan di Museum Australia membandingkan rekaman katak yang dikumpulkan sebelum kebakaran hutan dan setelah kebakaran hutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Rowley dan timnya, menemukan bahwa 66 spesies katak telah diidentifikasi dengan aplikasi FrogID di area sebelum kebakaran.

Setelah kebakaran, 45 spesies berhasil teridentifikasi di kawasan terbakar yang sama, termasuk sejumlah spesies katak yang terancam punah.

Bagaimana katak-katak itu bertahan, mengingat kebakaran hutan biasanya menciptakan suhu antara 290 hingga 530 derajat Celcius? Para peneliti menduga, katak-katak itu mungkin berlindung di perairan, di bawah tanah, atau di bawah benda-benda seperti batu dan batang kayu yang melindungi mereka dari panas api.

Menurut Museum Australia, negara ini memiliki lebih dari 240 spesies katak yang diketahui. Hampir semua spesies ini hanya ditemukan di Australia. [ab/uh]

XS
SM
MD
LG