Tautan-tautan Akses

Oposisi Serukan Protes Setelah Penangkapan Mantan Presiden Bolivia


Mantan presiden sementara Bolivia, Jeanine Áñez, dikawal ke tahanan di La Paz, Bolivia, Senin, 15 Maret 2021.
Mantan presiden sementara Bolivia, Jeanine Áñez, dikawal ke tahanan di La Paz, Bolivia, Senin, 15 Maret 2021.

Pihak oposisi Bolivia, Senin (15/3), menyerukan sejumlah protes atas penangkapan dan penahanan mantan presiden Jeanine Anez dengan tuduhan memimpin kudeta terhadap pendahulunya yang sosialis, Evo Morales.

Anez, politisi berusia 53 tahun dari kelompok konservatif, Minggu (14/3), ditempatkan dalam penahanan pra-persidangan setelah ditangkap dengan tuduhan terorisme, penghasutan dan konspirasi.

Penahanan itu menimbulkan kecaman dari Organisasi Negara-negara Amerika (OAS), yang pada Senin (15/3) menyatakan "khawatir atas penyalahgunaan mekanisme hukum yang telah diubah sekali lagi untuk menjadi instrumen represi oleh partai yang berkuasa."

"Sistem peradilan Bolivia tidak berada dalam posisi untuk memberi jaminan minimum bagi terselenggaranya peradilan yang adil," kata kantor Sekretaris Jenderal OAS Luis Almagro dalam sebuah pernyataan.

OAS menyerukan "pembebasan semua yang ditahan dalam konteks tersebut, hingga proses dan mekanisme yang tidak memihak dapat diterapkan guna menentukan siapa yang bertanggung jawab."

Setelah penangkapannya, Anez melalui cuitan pada Minggu (14/3) menyatakan "Mereka mengirim saya ke tahanan selama empat bulan sekaligus menunggu persidangan atas 'kudeta' yang tidak pernah terjadi."

Dalam sebuah dokumen dakwaan yang diperoleh oleh kantor berita AFP, awalnya jaksa penuntut meminta Anez dan dua menteri dalam pemerintahan sementara agar ditahan selama enam bulan sebagai suatu tindakan "pencegahan."

Stello Cochamanidi, wakil presiden dari konglomerat sipil sayap kanan yang kuat dan memimpin penentangan terhadap pemerintahan Presiden Bolivia sebelumnya, Morales, pada 2006-2019 mengharapkan kehadiran besar-besaran dalam sebuah demonstrasi di Santa Cruz, kota terbesar di Bolivia.

"Kami berharap semua masyarakat akan hadir karena perjuangan ini adalah untuk kita semua, kita semua menanggung seluruh risikonya. Jika mereka tidak menghormati presiden yang diangkat secara konstitusional, itu akan memperburuk keadaan bagi kita semua," kata Cochamanidi kepada para wartawan.

Anez berkuasa pada November 2019 setelah Morales dan beberapa sekutu seniornya di partai Gerakan untuk Sosialisme (MAS) mengundurkan diri setelah berminggu-minggu memprotes pemilihan ulang yang kontroversial untuk masa jabatan keempat yang tidak konstitusional. [mg/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG