Tautan-tautan Akses

Perbedaan Pandangan Bayangi Pembicaraan COP28


Aktivis iklim melakukan protes untuk menyerukan dihentikannya penggunaan bahan bakar fosil, selama Konferensi Perubahan Iklim PBB COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu 10 Desember 2023.
Aktivis iklim melakukan protes untuk menyerukan dihentikannya penggunaan bahan bakar fosil, selama Konferensi Perubahan Iklim PBB COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, Minggu 10 Desember 2023.

Para perunding pada konferensi iklim COP28 di Dubai masih berbeda pendapat mengenai masa depan bahan bakar fosil pada Minggu (10/12), ketika pembicaraan di KTT Dubai memasuki tahap akhir.

Pertanyaan terkait apakah dunia harus, untuk pertama kalinya, menyepakati berakhirnya era minyak telah menjadi inti konferensi internasional, di mana hampir 200 negara berupaya mencari solusi terhadap perubahan iklim.

Sebuah koalisi yang terdiri lebih dari 80 negara, termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa dan negara-negara kepulauan kecil, mendorong tercapainya kesepakatan yang mencakup pernyataan untuk “menghapuskan” minyak, gas, dan batu bara, namun mendapat tentangan keras yang dipimpin oleh kelompok produsen minyak OPEC dan sekutunya.

OPEC mengeluarkan surat kepada anggota dan para pendukungnya pada 6 Desember yang meminta mereka untuk menentang bahasa apa pun, yang menarget bahan bakar fosil dalam kesepakatan COP28, dan para perunding mengatakan kepada kantor berita Reuters, bahwa delegasi tersebut tampaknya mengindahkan seruan demikian.

“Saya pikir ada posisi yang masih cukup mengakar,” kata Adam Guibourgé-Czetwertyński, Wakil Menteri Iklim Polandia, yang memimpin delegasi COP28 negara tersebut.

“Kita sudah mendekati akhir, dalam hal waktu yang dialokasikan untuk negosiasi. Namun kita belum sampai pada hasil akhir,”tambahnya.

Produsen minyak terbesar dan secara de facto pemimpin OPEC, yaitu Arab Saudi, bersama dengan Rusia dan negara-negara lain, berpendapat bahwa fokus COP28 harus pada pengurangan emisi, bukan menarget sumber bahan bakar yang menyebabkan emisi tersebut.

Utusan utama iklim China, Xie Zhenhua, mengatakan pada Sabtu bahwa kesepakatan COP28 hanya dapat dianggap sukses, jika mencakup kesepakatan mengenai bahan bakar fosil, meskipun ia tidak mengatakan apakah Beijing akan mendukung kesepakatan “penghentian bertahap” tersebut.

Ia mengatakan, COP28 adalah pertemuan puncak iklim tersulit dalam kariernya.

Negara-Negara Setujui Komitmen

Versi terbaru dari teks perundingan, yang dirilis pada Jumat, menunjukkan bahwa negara-negara masih mempertimbangkan serangkaian pilihan, mulai dari menyetujui “penghentian penggunaan bahan bakar fosil berdasar pada ilmu pengetahuan terbaik yang ada”, hingga penghentian bertahap “bahan bakar fosil yang tidak dapat dihentikan,” hingga tanpa rincian sama sekali.

Mengurangi bahan bakar fosil biasanya berarti mengurangi dampak iklim dengan menangkap dan menyimpan emisi karbon dioksida, atau menggunakan penyeimbang lainnya. Penangkapan karbon berbiaya mahal dan belum terbukti dalam skala besar.

Tiga sumber mengatakan kepada Reuters bahwa kepresidenan COP28 tidak bermaksud untuk merilis rancangan lain hingga Senin, sesuatu yang akan memberi waktu satu hari penuh bagi para negosiator untuk menyelesaikan perbedaan pendapat, menjelang berakhirnya konferensi yang dijadwalkan pada Selasa sebelum tengah hari.

“Ini semakin mendekati titik akhir, sehingga teks baru benar-benar harus menemukan area konvergensi yang jauh melampaui kondisi kita saat ini,” kata Rachel Cleetus, direktur kebijakan di Union of Concerned Scientist atau serikat ilmuwan peduli.

Konferensi ini telah menghasilkan banyak komitmen dari negara-negara untuk mencapai target seperti meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan tenaga nuklir sebanyak tiga kali lipat, mengurangi penggunaan batu bara, dan mengurangi emisi gas rumah kaca metana.

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Minggu bahwa janji-janji ini, jika dipenuhi, akan menurunkan emisi gas rumah kaca terkait energi global sebesar 4 miliar metrik ton setara karbon dioksida pada 2030.

Meskipun cukup besar, angka tersebut hanya merupakan sepertiga dari kesenjangan emisi yang perlu diatasi dalam enam tahun ke depan, untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri, sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Paris tahun 2015, kata IEA.

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres, yang berbicara di Forum di Doha, mendesak para pemimpin konferensi iklim COP28 untuk menyetujui pengurangan emisi secara besar-besaran dan menghentikan pemanasan global yang melebihi 1,5 derajat Celcius (2,7 derajat Fahrenheit).

Guterres mengatakan meskipun ada komitmen, emisi berada pada rekor tertinggi dan bahan bakar fosil adalah penyebab utamanya.

“Saya mendesak para pemimpin di COP28 di Dubai untuk menyetujui pengurangan emisi yang besar, sejalan dengan batas 1,5 derajat,” katanya. [ns/lt]

Forum

XS
SM
MD
LG