Tautan-tautan Akses

PBB Ambil Langkah Menuju Cara Baru Melacak Gas Rumah Kaca


FILE - Markas besar Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO) di Jenewa, Swiss.
FILE - Markas besar Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO) di Jenewa, Swiss.

PBB, Senin (6/3) mengumumkan telah mengambil langkah signifikan ke arah upaya mengisi kesenjangan penting dalam perang melawan perubahan iklim: pelacakan gas-gas rumah kaca secara langsung (real-time) dan terstandardisasi.

Organisasi Meteorologi Dunia PBB (WMO) telah mengajukan Infrastruktur Pemantauan Gas Rumah Kaca Global yang baru, yang bertujuan untuk memberikan cara lebih baik dalam mengukur polisi pemanasan bumi dan membantu menginformasikan pilihan-pilihan kebijakan.

Platform baru WMO itu akan mengintegrasikan sistem pengamatan berbasis di antariksa dan di daratan, dan berupaya mengklarifikasi ketidakpastian mengenai di mana emisi gas rumah kaca itu muncul.

Sistem ini akan menghasilkan data yang lebih cepat dan lebih tajam mengenai bagaimana atmosfer bumi berubah.

Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Petteri Taalas di kantor PBB di Jenewa, 5 Oktober 2021. (Fabrice COFFRINI / AFP)
Sekjen Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Petteri Taalas di kantor PBB di Jenewa, 5 Oktober 2021. (Fabrice COFFRINI / AFP)

“Kami tahu dari pengukuran kami bahwa konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berada pada rekor tertinggi,” kata Sekjen WMO Petteri Taalas.

Tiga gas rumah kaca utama adalah karbon dioksida (CO2), metana dan dinitrogen oksida. Di antara ketiganya, CO2 menyumbang sekitar 66 persen efek pemanasan pada iklim.

“Peningkatan kadar CO2 dari tahun 2020 hingga 2021 lebih tinggi daripada laju pertumbuhan rata-rata selama dekade terakhir, dan metana mengalami lompatan terbesar per tahun sejak pengukuran dimulai,” kata Taalas.

Perjanjian Paris 2015 mengenai perubahan iklim membuat negara-negara setuju untuk membatasi pemanasan global “jauh di bawah” dua derajat Celsius di atas tingkat yang diukur antara tahun 1950 dan 1900 dan 1,5 derajat Celsius jika memungkinkan.

WMO mengatakan perlu ada dasar ilmiah yang lebih kuat untuk tindakan mitigasi perubahan iklim yang diambil berdasarkan perjanjian itu. “Masih ada ketidakpastian, khususnya yang berkaitan dengan peran siklus karbon lautan, biosfer daratan dan daerah-daerah permafrost,” kata Taalas.

“Karena itu kita perlu melakukan pemantauan gas rumah kaca di dalam suatu kerangka kerja, terpadu agar dapat memperhitungkan sumber-sumber alam dan rawa-rawa. Ini akan memberi informasi vital dan dukungan bagi penerapan Perjanjian Paris.”

WMO mengadakan simposium pada akhir Januari yang mempertemukan para pakar dari berbagai bidang untuk mulai menyatukan potongan-potongan informasi.

Dalam pertemuan pekan lalu, dewan eksekutif WMO mendukung rencana yang mereka ajukan, kata WMO hari Senin.

Persetujuan lebih lanjut diperlukan dari Kongres Meteorologi Dunia, badan pembuat keputusan utama WMO, pada bulan Mei.

Keputusan untuk menggabungkan keahlian WMO dalam prediksi cuaca dan analisis iklim “akan dianggap sebagai langkah historis,” kata Lars Peter Riishojgaard, deputi direktur departemen infrastruktur WMO. [uh/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG