Tautan-tautan Akses

Kebebasan Berpendapat di Kalangan Warga Amerika


Steve Klein, seorang aktivis gereja, yang yakin kelompok Islam radikal mengancam dunia, ikut dalam pembuatan film "Innocence Muslims" yang mengolok-olok Nabi Muhammad (foto: dok).
Steve Klein, seorang aktivis gereja, yang yakin kelompok Islam radikal mengancam dunia, ikut dalam pembuatan film "Innocence Muslims" yang mengolok-olok Nabi Muhammad (foto: dok).

Kebebasan menyampaikan pendapat tidak dibatasi di Amerika, sehingga memungkinkan tindakan penghujatan yang bisa dinilai sebagai penistaan agama.

Bersama jemaat, pimpinan gereja Luther Place Memorial, Pendeta Karen Brau, menutupi lambang-lambang keagamaan dalam gereja di Washington, DC tersebut. Tujuannya, supaya umat Yahudi bisa menggunakan gereja besar abad ke-19 itu untuk tempat ibadah mereka.

Brau lalu memimpin misa Minggu pagi dan mengatakan terlalu banyak kekerasan di dunia. Ia merasa sedih. Walau mengecam kekerasan, ia bersimpati pada umat Islam yang marah akibat video Innocence Muslim di internet yang menghina Nabi Muhammad. Umat Islam melihat video itu sebagai serangan terhadap agama mereka, kata Brau.

Tetapi, ketika terjadi serangan terhadap karya seni di gereja, ia tidak bereaksi dengan kalap.

“Apakah orang yang mencemari salib dengan air kencing berasal dari tempat di mana mereka mengalami kejahatan terus menerus oleh gereja?” tanyanya.

Banyak warga Amerika mungkin punya perasaan berbeda tentang video Innocence Muslim itu, yang memicu protes yang menimbulkan korban jiwa. Tetapi, Muslim di Amerika tahu, penista agama tidak akan dihukum di Amerika.

Imam Hassan Qazwini pada Islamic Center of America di Dearborn, Michigan, mengecam orang-orang Kristen Koptik Mesir Amerika yang membuat film tersebut. Menurutnya, penganut Koptik memanfaatkan kebebasan itu. Kalau mereka tinggal di tempat lain, mungkin tidak akan menuai bencana ini.

Tetapi, itulah yang dimaksud dalam Amandemen Pertama Konstitusi, menurut Robert Destro, Direktur Program Antar Displin Ilmu Hukum dan Agama pada Universitas Katolik Amerika di Washington. Pemerintah tidak seharusnya berpihak dalam sengketa agama, ujar guru besar yang telah menulis buku teks hukum terkemuka di Amerika tentang kebebasan beragama.

Ia mengingatkan, kebebasan menyampaikan pendapat hanya bisa dibatasi bila mengancam ketertiban umum. Sedangkan video Innocence Muslim menurut Destro dibuat untuk mengecam Islam.

Tetapi, sebagian pakar hukum kini berdebat, pada tingkat global, mungkin perlu mempertimbangkan kembali apa yang dianggap penistaan dalam hukum Amerika.
Kembali ke Luther Place, seperti umumnya warga Amerika, jemaat gereja percaya, membiarkan pidato kebencian dan penghujatan adalah risiko yang harus diterima demi kebebasan menyampaikan pendapat. Krista Martin, anggota paduan suara gereja tersebut, menilai masalah ini bagai lereng yang licin. Bicara tentang video Innocence Muslim, ia mengungkapkan, umumnya jemaat gereja merasa ngeri.

Seorang jemaah menambahkan, ia berharap bisa menyeret pembuat video itu dan mencambuknya. Tetapi, ia mengingatkan, kita tidak bisa melakukan itu. "Jika kita melakukannya, tidak ada orang yang merasa aman."
XS
SM
MD
LG