Tautan-tautan Akses

Ilmuwan Afrika Latih Tikus-Tikus Besar untuk Deteksi Kuman TB


Para ilmuwan Tanzania melatih tikus-tikus besar yang punya indera penciuman tajam untuk mendeteksi bau bakteri TB.
Para ilmuwan Tanzania melatih tikus-tikus besar yang punya indera penciuman tajam untuk mendeteksi bau bakteri TB.

Para ilmuwan di Tanzania melatih tikus-tikus yang punya indera penciuman tajam untuk membantu mendeteksi bau bakteri TB dalam sampel dahak.

Para ilmuwan yang mengadakan penelitian di Afrika punya cara pemecahan untuk mengatasi salah satu penyakit menular yang sangat berbahaya, tuberkulosis, yaitu dengan melatih tikus-tikus besar, yang punya indera penciuman sangat peka, untuk mendeteksi adanya kuman-kuman penyakit itu.

Tuberkulosis (TB), penyakit yang dapat diobati dengan antibiotik, menewaskan hampir tiga juta orang setiap tahun. Kebanyakan dari mereka tinggal di wilayah Sub-Sahara Afrika, di mana penyakit itu biasanya menyerang pengidap HIV.

Penderita TB di Lesotho menjalani perawatan. Sebagian besar penderita TB tinggal di negara-negara Sub-Sahara Afrika.
Penderita TB di Lesotho menjalani perawatan. Sebagian besar penderita TB tinggal di negara-negara Sub-Sahara Afrika.

Masalah utama dalam upaya memberantas TB adalah mendiagnosisnya sesegera mungkin. Bakteri penyakit itu sangat sulit dideteksi dengan mikroskop. Diperlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk meneliti dahak guna mencari bakteri yang berkembang.

Di Tanzania, para ilmuwan punya cara pemecahan baru untuk mendiagnosis TB, yaitu dengan menggunakan tikus besar Afrika yang banyak terdapat di kawasan itu. Para ilmuwan melatih tikus-tikus yang punya indera penciuman tajam itu untuk mendeteksi bau bakteri TB dalam sampel dahak.

Hewan-hewan pengerat itu berjalan di dalam kandang sempit dari baja tahan karat, mengendus-endus lubang-lubang di bagian bawah kandang itu di mana ditaruh sampel-sampel dahak. Mereka dilatih untuk berhenti apabila mencium sampel yang mungkin positif mengandung bakteri TB. Jika berhasil menemukannya, tikus-tikus itu dihadiahi makanan kesukaan mereka, pisang.

Penelitian itu dipimpin oleh Profesor psikologi Alan Poling dari Universitas Western Michigan. Menurut Profesor Poling, “Hewan-hewan itu dapat men-test ratusan sampel sehari, sedangkan teknisi laboratorium hanya dapat meneliti jauh lebih sedikit. Jadi prosesnya sangat cepat.”

Hasil penelitian dari tim peneliti yang dipimpin Alan Poling itu telah diterbitkan dalam Jurnal Obat-obatan dan Ilmu KesehatanTropis.

XS
SM
MD
LG