Tautan-tautan Akses

Dunia Soroti Kematian Kiper Choirul Huda


Choirul Huda, kiper Persela Lamongan, menerima perawatan medis setelah mengalami cidera dalam pertandingan melawan Semen Padang di Lamonga, 15 Oktober 2017. (Antara Foto/Rahbani Syahputra via REUTERS )
Choirul Huda, kiper Persela Lamongan, menerima perawatan medis setelah mengalami cidera dalam pertandingan melawan Semen Padang di Lamonga, 15 Oktober 2017. (Antara Foto/Rahbani Syahputra via REUTERS )

Media internasional menyoroti meninggalnya kiper Persela Lamongan Choirul Huda dalam pertandingan Liga Super Indonesia, Minggu (15/10).

Huda, yang berusia 38 tahun, sedang berupaya menyelamatkan gawang dari serangan lawan ketika berbenturan dengan dua pemain lain yaitu Ramon Rodrigues dari Persela dan Marcel Sacramento dari Semen Padang. Benturan keras yang dialami bagian leher dan kepala membuat Huda jatuh tak bergerak dan langsung dilarikan ke rumah sakit Dr. Soegiri di Lamongan. Dia meninggal tak lama kemudian.

ESPNFC melaporkan insiden ini di halaman utama dan memasang foto yang ada di akun Facebook Persela Football.

​Laporan senada diberitakan oleh surat kabar Washington Post Minggu, yang menyebut kematian itu akibat luka trauma di bagian leher dan kepala. Washington Post juga memasang foto dan pesan di Twitter Persela FC.

The Guardian melengkapi laporannya tentang kematian Choirul Huda dengan informasi bagaimana para penggemar kiper itu menyampaikan belasungkawa kepada “sang legenda”.

Laporan serupa juga disampaikan New Straits Times, BBC, Sidney Morning Herald, ABC, CBS Sports, dan banyak lainnya.

FIFA Ikut Sampaikan Belasungkawa

Induk organisasi sepakbola dunia FIFA juga menyampaikan bela sungkawa lewat akun Instagram resminya.

“Kabar tragis di Indonesia hari ini setelah kiper terkenal Choirul Huda meninggal dunia setelah bertabrakan di lapangan. Kami mengucapkan bela sungkawa yang tulus untuk keluarga Choirul, klub Persela dan penggemarnya di Indonesia,” tulis FIFA yang dilengkapi dengan foto Choirul Huda yang mengenakan seragam klub Persela.



Benturan Keras Kerap Telan Korban Jiwa

Insiden benturan keras di lapangan sepakbola yang berakibat fatal bukan sekali ini saja. Pada Mei 2014, pemain Persiraja Banda Aceh Akli Fairuz yang tengah beraksi dalam pertandingan Divisi Utama Liga Indonesia meninggal dunia dua hari setelah bertabrakan dengan penjaga gawang PSAP Sigli Agus Rohman.

Dalam kasus ini, Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi berat terhadap Agus Rohman dan juga PT. Liga Indonesia karena Akli Fairuz tidak segera dibawa ke rumah sakit setelah insiden itu. Akli dibiarkan menahan sakit di bangku cadangan dan baru dilarikan ke RS. Zainal Abidin Banda Aceh pada malam hari. Dua hari kemudian, Akli menjalani operasi, tapi nyawanya tak tertolong lagi.

Jumadi Abdi Meninggal Setelah Dirawat Delapan Hari

Pada Maret 2009, insiden benturan di lapangan yang menelan korban jiwa juga terjadi di Bontang, Kalimantan Timur. Pemain gelandang Bontang PKT (kini Bontang FC), Jumadi Abdi, menghembuskan nafas terakhir di RS. Pupuk Kaltim setelah menjalani perawatan intensif selama delapan hari akibat berbenturan keras dengan pemain Persela Lamongan Deny Tarkas dalam pertandingan 7 Maret 2009.

Sebelumnya pada April 2000, pemain Persebaya Surabaya Eri Irianto meninggal dunia tak lama setelah dilarikan ke rumah sakit setelah berbenturan dengan pemain PSIM Yogyakarta asal Gabon Samson Noujine Kinga.

Lima Pemain Meninggal di Lapangan Pada 2017

Di tingkat dunia, Choirul Huda merupakan pemain bola kelima yang meninggal dunia akibat benturan keras di lapangan sepanjang tahun 2017 ini. Sebelumnya ada Moise Brou Apanga, Gofaone Tiro, Aseged Tesfaye dan Cheick Tiote yang meninggal dunia setelah mengalami insiden serupa. [em]

XS
SM
MD
LG