Tautan-tautan Akses

CT Scan Lebih Efektif Deteksi Kanker Paru-Paru bagi Perokok dan Bekas Perokok


Dr. Steven Birnbaum menjalankan CT Scan pada pasien di Southern New Hampshire Medical Center di Nashua, New Hampshire (03/06/10)
Dr. Steven Birnbaum menjalankan CT Scan pada pasien di Southern New Hampshire Medical Center di Nashua, New Hampshire (03/06/10)

CT Scan bisa mendeteksi tumor kanker paru-paru lebih dini dan pada tahap yang lebih mungkin dapat diobati, dibanding ronsen biasa.

Sebuah studi baru mendapati bahwa perokok dan bekas perokok yang mengidap kanker paru-paru tampaknya lebih mungkin selamat jika penyakit mereka terdeteksi dengan CT Scan dibandingkan ronsen paru-paru biasa.

Studi lima tahun yang dilakukan oleh Institut Kanker Amerika NCI membandingkan ronsen paru-paru bergambar tunggal yang konvensional dengan CT Scan pada sekelompok perokok berat dan bekas perokok yang berjumlah lebih dari 53 ribu di 33 rumah sakit di Amerika. Antara tahun 2002 dan 2004, para periset mengikutsertakan peserta studi berusia antara 55 dan 74 tahun untuk dironsen paru-paru per tahun – selama tiga tahun atau diberi CT Scan tahunan – selama tiga tahun.

CT Scan memberi ahli radiologi gambar paru-paru tiga dimensi yang mendeteksi tumor berpotensi kanker berukuran sekecil butiran beras.

Bulan Desember 2009 ketika tim periset melakukan follow up, mereka menemukan jumlah yang selamat 20% lebih tinggi pada pasien yang menjalani CT Scan, dibandingkan dengan kelompok yang hanya dironsen. Alasannya, CT Scan yang lebih peka bisa melacak luka pada paru-paru yang menderita kanker lebih dini sewaktu kanker tersebut jauh lebih kecil dan lebih mudah diobati.

Christine Berg dari NCI adalah penulis utama hasil studi itu. Berg mengatakan ia belum siap merekomendasikan CT Scan paru-paru bagi semua perokok berat dan bekas perokok. Satu hal – katanya – CT Scan dikenal menghasilkan persentase tinggi atas yang dijuluki nilai “positif-palsu” yang mengidentifikasi keabnormalan tunggal paru-paru yang memiliki sel kanker tetapi ternyata diketahui jinak.

Berg mengatakan, “Persentase testing “positif-palsu” rata-rata sampai akhir studi itu mencapai 24%. Jumlah yang cukup tinggi dan kemudian setiap pasien ini harus menjalani pemeriksaan kesehatan. Jadi saya kira, sebelum seorang hendak memulai program pemindaian baik bagi seorang individu maupun organisasi perawatan kesehatan penuh."

Claudia Henschke adalah Kepala Program Pemindaian Paru-Paru dan Jantung di Mount Sinai Medical Centre – New York. Ia mengatakan, "Saya merasa gembira bagi orang-orang yang beresiko tinggi kanker paru-paru bahwa kini ada konfirmasi lebih jauh tentang hasil yang kami peroleh dan semoga orang dapat mengambil manfaat atas hal ini.”

Henschke telah membuat program pemindaian paru-paru secara tersendiri dengan menggunakan pemindai CT dosis rendah dan mendapati bahwa perokok berat dan bekas perokok yang menjalani CT Scan biasa meningkatkan kemungkinan mereka selamat hingga 90% apabila kanker tersebut terdeteksi lebih dini.

Para kritikus telah mengatakan bahwa manfaat CT Scan tahunan harus dipertimbangkan terhadap resiko “positif palsu” paparan radiasi yang tidak diperlukan dan berpotensi menjalani segala macam diagnostik yang beresiko. Akibat keprihatinan ini, Henschke yakin dibutuhkan waktu beberapa saat sebelum ada rekomendasi resmi bagi pemindaian paru-paru seperti halnya bagi kanker payudara dan usus besar.

Lebih lanjut Henschke mengatakan, “Tetapi saya kira untuk sementara waktu ada beberapa program yang menyediakan yang didapati dari pengalaman dan protokol yang sudah ada, jadi kemudian orang dapat mengambil keputusan mereka setelah berbicara dengan para dokter, apakah mereka ingin mendapatkan uji pemeriksaan itu."

Hasil-hasil uji-coba pemindaian paru-paru ini telah dimuat di majalah kedokteran New England Journal of Medicine.

XS
SM
MD
LG