Tautan-tautan Akses

Cek Fakta: Sekutu Putin Sebut Ukraina Jadi Negara Miskin karena Pro-Amerika


Presiden Ukraina saat itu Viktor Yanukovych (kiri) mengedipkan mata kepada Presiden Rusia Vladimir Putin saat upacara penandatanganan setelah pertemuan Komisi Antarnegara Rusia-Ukraina di Kremlin di Moskow, 17 Desember 2013. (Foto: REUTERS/Sergei Karpukhin)
Presiden Ukraina saat itu Viktor Yanukovych (kiri) mengedipkan mata kepada Presiden Rusia Vladimir Putin saat upacara penandatanganan setelah pertemuan Komisi Antarnegara Rusia-Ukraina di Kremlin di Moskow, 17 Desember 2013. (Foto: REUTERS/Sergei Karpukhin)
Viktor Medvedchuk

Viktor Medvedchuk

Sekutu politik Presiden Rusia Vladimir Putin   

“Ukraina … tetap menjadi (negara) yang paling pro-Amerika, yang pada akhirnya menjadikannya sebagai negara termiskin di Eropa.”

Menyesatkan

Viktor Medvedchuk, teman dekat Presiden Vladimir Putin, menulis di sebuah rubrik opini di media milik Rusia RIA Novosti pada 8 Februari bahwa tindakan “pro-Amerika” Ukraina telah menjadikannya sebagai negara termiskin di Eropa. Medvedchuk, yang juga politisi Ukraina pro-Kremlin yang tengah diasingkan di Rusia, mengatakan :

“Selama 30 tahun, Rusia secara perlahan berubah, dari yang tadinya siswa teladan Washington berubah menjadi musuhnya. Namun apakah hal ini bisa dijelaskan dengan akal sehat, ketika menolak ajakan dan naungan Amerika Serikat, Rusia justru malah menjadi lebih kuat, lebih kaya dan lebih berpengaruh? Ukraina, sebaliknya, tetap paling pro-Amerika, yang akhirnya menjadikannya sebagai negara termiskin di Eropa.”

Klaim tersebut menyesatkan. Selama lebih dari 30 tahun, masyarakat dan elite politik Ukraina telah terpecah secara ideologis menjadi kubu pro-Barat dan pro-Rusia. Bertentangan dengan klaim Medvedchuk, tiga negara pecahan Uni Soviet yang paling pro-Barat, yaitu Latvia, Lituania, dan Estonia, justru mempunyai kondisi ekonomi yang jauh lebih baik daripada Rusia.

Ukraina Merdeka, antara Barat dan Rusia

Ukraina memproklamirkan kemerdekaannya pada 31 tahun lalu, tepatnya pada 1 Desember 1991. Di bawah sistem pemerintahan Ukraina, presiden dipilih melalui suara rakyat, memiliki kekuasaan yang signifikan dan berhak menentukan kebijakan luar negerinya.

Sejak itu, tiga dari enam presiden Ukraina, Viktor Yushchenko (2005-2010), Petro Poroshenko (2014-2019), dan Volodymyr Zelenskyy (sejak 2019), memilih untuk menjadi pro-Barat.

Dua presiden Ukraina lainnya, Leonid Kravchuk (1991-1994) dan Leonid Kuchma (1994-2005), menerapkan kebijakan yang menyeimbangkan hubungan antara Kyiv dengan blok Barat dan Timur, yaitu AS dan Uni Eropa di satu sisi, dan Rusia di sisi lain. Mereka membentuk aliansi ekonomi dan politik, baik dengan blok Barat maupun Timur.

Presiden Ukraina Viktor Yanukovych (2010-2014), terkenal sebagai sosok yang sangat pro-Rusia. Pada November 2013, dia menolak untuk menandatangani perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa, yang berujung pada protes Euromaidan di Ukraina, yang lebih dikenal dengan sebutan Revolusi Maidan.

Rusia merupakan mitra utama Ukraina di sektor ekonomi, sejak kemerdekaannya. Pada 2013, setahun sebelum upaya aneksasi Krimea dan pengobaran perang di wilayah Donbas, Rusia menyumbang 30,2 persen dari seluruh total impor Ukraina dan 23,8 persen dari nilai ekspornya. Moskow tidak lagi menjadi mitra dagang utama Kyiv hanya pada 2019.

Indikator terpenting yang menjadi bukti bahwa masyarakat Ukraina tidak pro-Amerika sampai saat ini adalah sikapnya terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Pada Mei 2002, Presiden Leonid Kuchma mengumumkan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Dalam jajak pendapat yang dilakukan di Ukraina pada Juni, 32 persen warga mendukung bergabungnya Kyiv dengan pakta tersebut, tetapi jumlah responden yang menentang juga hampir sama besarnya, yaitu 32,2 persen, sedang sisanya 35,8 persen tidak memberikan jawaban yang pasti.

Selama 11 tahun kemudian, persentase responden jajak pendapat yang mendukung bergabungnya Ukraina ke NATO berkisar antara 15,4 hingga 26,7 persen. Persentase mereka yang menentang keanggotaan NATO melebihi 50 persen mulai 2005 dan mencapai 67 persen pada 2013. Setelah Rusia mencaplok wilayah Krimea pada 2014 dan pecahnya permusuhan yang didalangi Moskow di Donbas, dukungan untuk keanggotaan NATO tumbuh, tetapi tetap di bawah 50 persen. Pada 2014-2021, 34 hingga 48 persen warga Ukraina memilih bergabung dengan NATO.

Namun, setelah Rusia melancarkan invasi penuh ke Ukraina pada Februari 2022, mayoritas warga Ukraina mulai mendukung usulan untuk bergabung dengan NATO. Pada Januari 2023, dukungan untuk masuknya Ukraina dalam keanggotaan organisasi tersebut mencapai 86 persen.

Ukraina pernah menjadi negara termiskin di Eropa pada 2014-2015. Saat itu Kyiv kehilangan kendali atas 7,2 persen wilayahnya karena Rusia menganeksasi Krimea secara ilegal dan memicu berkecamuknya perang di Donbas. Produk Domestik Bruto (PDB) Ukraina tercatat hanya mencapai hampir setengahnya.

Sebelumnya, pada 2013, menurut Bank Dunia, Ukraina berhasil membukukan angka PDB per kapita yang lebih tinggi dibandingkan tiga negara Eropa lainnya, yaitu Moldova, Kosovo, dan Armenia.

Menyusul invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022, situasi ekonomi Ukraina semakin memburuk akibat perang dan pencaplokan wilayahnya. Pada Maret 2022, Rusia berhasil menguasai 24,4 persen wilayah Ukraina. Pada akhir 2022, setelah serangan balasan Ukraina yang berhasil, Moskow hanya menguasai 16,55 persen wilayah Ukraina.

Kemakmuran di Negara Pecahan Uni Soviet yang Paling Pro-Amerika

Pernyataan Medvedchuk bahwa menjadi pro-Amerika telah membuat negara pecahan Uni Soviet menjadi lebih miskin adalah salah. Kinerja ekonomi negara-negara bekas Uni Soviet yang paling pro-Amerika, yaitu Latvia, Lituania, dan Estonia, jauh lebih baik daripada Rusia. Ketiganya bergabung dengan NATO pada 2004.

Kondisi yang lebih baik itu salah satunya bisa dilihat dari rata-rata gaji tahunan pegawai di Rusia pada 2021, yaitu 8.276 euro ($7.001, menurut nilai tukar rata-rata 2021 atau setara dengan Rp106,2 juta dengan nilai kurs Rupiah saat ini), Latvia 18.707 euro ($15.826 atau Rp284 juta), Estonia 21.481 euro ($18.173 atau Rp275,8 juta), dan Lithuania 21.741 euro ($18.393 atau Rp330 juta).

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), PDB per kapita Rusia pada 2022 adalah $14.665 (Rp225,6 juta), sementara Latvia $21.482, Lithuania $24.032, dan Estonia $29.344 (dua kali lebih tinggi daripada di Rusia).

XS
SM
MD
LG