Tautan-tautan Akses

Bangladesh Setujui Hukuman Mati bagi Pemerkosa di Tengah Protes 


Para siswa berunjuk rasa di Dhaka, 6 Oktober 2020, dengan memegang bendera hitam, memprotes aksi pemerkosaan berkelompok di distrik selatan Noakhali. (Foto: Shafiqul ALAM / AFP)
Para siswa berunjuk rasa di Dhaka, 6 Oktober 2020, dengan memegang bendera hitam, memprotes aksi pemerkosaan berkelompok di distrik selatan Noakhali. (Foto: Shafiqul ALAM / AFP)

Pemerintah Bangladesh menyetujui hukuman mati sebagai hukuman terberat dalam kasus-kasus perkosaan, Senin (12/10), menyusul protes berhari-hari menentang serangkaian serangan seksual.

Video yang memperlihatkan sekelompok laki-laki menyerang seorang perempuan viral di media sosial pekan lalu, memicu kemarahan di negara di Asia Selatan itu di mana kelompok-kelompok HAM mengatakan para korban perkosaan jarang memperoleh keadilan.

Dalam kasus lain awal bulan ini, para anggota mahasiswa dalam sayap partai yang berkuasa, didakwa melakukan perkosaan beramai-ramai. Tapi para demonstran mendesak hukuman yang lebih berat dan persidangan yang lebih cepat bagi mereka yang dituduh melakukan penyerangan.

Protes-protes terus berlanjut Senin (12/10) meskipun ada pengumuman dari kabinet Perdana Menteri Sheikh Hasina.

Upaya baru itu akan diberlakukan mulai Selasa (13/10), kata laporan kantor berita Perancis AFP. Berdasarkan UU sekarang ini, hukuman maksimal atas perkosaan di Bangladesh adalah penjara seumur hidup, kecuali korban perkosaan dibunuh.

Kelompok HAM setempat Ain-o-Salish Kendra mengatakan 889 perempuan telah diperkosa di Bangladesh antara Januari dan Agustus tahun ini. [vm/lt]

Recommended

XS
SM
MD
LG