Tautan-tautan Akses

Penjarahan dan Pembunuhan Masih Berlangsung di Ibukota Haiti - 2004-02-28


Anarki dan kepanikan mencekam ibukota Haiti, Port-Au-Prince, di mana kelompok-kelompok bersenjata pendukung Presiden Aristide menjarahi toko-toko dan melakukan pembunuhan balas-dendam. Sebagian besar penduduk ibukota yang jumlahnya kira-kira satu juta jiwa itu cemas akan terjadi pertumpahan darah lagi pada waktu pihak pemberontak berusaha menyerbu Port-au-Prince dan melancarkan ancaman mereka untuk menggulingkan Aristide. Para pejabat Amerika meminta kepada para pendukung Aristide agar menghentikan tindakan kekerasan mereka yang membabi-buta terhadap penduduk sipil dan menghimbau pemberontak agar menghentikan gerakan mereka ke ibukota. Aristide tidak mau mundur. Amerika mengatakan, ada rencana tindakan berjaga-jaga untuk mengirim pasukan internasional ke Haiti, tetapi belum diambil keputusan mengenai pengiriman itu.

Sementara, Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi menyerukan kepada negara-negara tetangga Haiti agar bersedia menerima pengungsi yang melarikan diri dari pergolakan di Haiti. Dalam sebuah pernyataan, Kantor PBB Urusan Pengungsi mengemukakan bahwa diharapkan negara-negara di kawasan itu akan mematuhi keputusan konvensi pengungsi tahun 1951 yang memberikan hak perlindungan internasional kepada pengungsi. Negara-negara Republik Dominika, Kuba dan Jamaika telah menampung kira-kira 400 orang pencari suaka, sedang Amerika tidak memberi angin kepada orang-orang Haiti yang ingin datang ke Amerika dengan mengatakan bahwa mereka akan dikirim kembali ke Haiti. Kelompok-kelompok aktivis pengungsi dan sejumlah anggota Kongres Amerika mengatakan, Amerika harusnya tidak me-mulangkan para pengungsi ke Haiti pada waktu Amerika sendiri menganggap negara itu tidak aman untuk para personelnya yang tidak diperlukan kehadirannya di sana.

XS
SM
MD
LG