Tautan-tautan Akses

Wajah Di Balik Suara: Soeprapto - 2003-05-20


Tidak hanya masyarakat Indonesia di Tanah Air pecinta siaran Radio Suara Amerika saja yang mengenal Soeprapto. Warga Indonesia yang tinggal di AS, terutama yang bermukim di daerah Washington, DC dan sekitarnya pun tahu siapa dia, yang akrab dipanggil Pak Prapto.

Bergabung dengan VOA sejak tahun 1976 setelah meninggalkan Yogyakarta, tempat dia berkarir sebagai penyiar Siaran Bahasa Inggris RRI Nusantara II Yogyakarta selama 8 tahun. Kepergiaannya dari RRI karena pada waktu itu ada tawaran dari VOA lewat RRI untuk mengajukan permohonan menjadi karyawan VOA. Kesempatan itu dimanfaatkannya untuk mendaftarkan diri. Setelah lulus dengan melalui ujian, wawancara dan pemeriksaan kesehatan, Soeprapto berangkat ke A.S. bersama istrinya Purwati (juga penyiar VOA) dan seorang putrinya yang masih bayi.

Selain keinginannya untuk bekerja di stasiun radio luar negeri seperti VOA, dia juga berhasrat untuk memperluas pengetahuan internasional. Minatnya terkabul, menjadi International Radio Broadcaster. Berbagai macam tugas pernah dilaksanakannya, baik di dalam maupun luar negeri, terutama mengasuh beraneka program siaran.

“Tak kenal maka tak sayang”, begitulah kata pepatah. Pak Prapto yang ramah namun dikenal pendiam di kantornya, ternyata seorang dalang wayang kulit. Lahir di Surakarta. Jiwa seninya ia peroleh dari orangtuanya. Berbekal pendidikan Bahasa Inggris dan pengetahuan seni pedalangan gaya Yogyakarta dari "Pawiyatan Pedalangan Keraton Yogyakarta "HABIRANDA" dan gaya Surakarta dari “Marsudi Budaya", Soeprapto pindah ke Amerika.

Tidak berapa lama setiba di Amerika, di sela-sela kesibukan kerja, mulailah dia giat memperkenalkan kekayaan seni&budaya Indonesia di A.S. dengan mendalang wayang kulit Jawa. Kepopulerannya mendalang di seluruh Amerika itu diperoleh berkat pengorbitan oleh K.R.T. Cokro Wasitodiningrat, ahli seni menabuh gamelan Jawa dari Kraton Yogyakarta, pengajar di Perguruan Tinggi "California for the Arts" (CALARTS), Los Angeles. Untuk memfasilitasi kegiatan keseniannya, Soeprapto mendirikan lembaga nir-laba "Art & Cultural Center of Indonesia (ACCI)" atau "Pusat Pengembangan Seni&Budaya Indonesia" di Maryland, A.S., lengkap dengan gamelan, wayang kulit, wayang golek, wayang wahyu dan benda kerajinan seni Indonesia. Dia bersyukur dapat membantu KBRI dalam melaksanakan misinya memperkenalkan kekayaan seni&budaya Indonesia di luar negeri.

Dengan pedoman hidup “Kerja keras, maju terus pantang mundur, jujur dan semangat kerjasama supaya sukses”, Soeprapto merasa krasan di Amerika.

Pementasannya yang terbaru, awal Mei lalu, mendalang dalam Bahasa Inggris untuk program Asian/Pacific American Heritage Month, Bulan Peringatan Warisan Kebudayaan Warga Amerika Keturunan Asia/Pasifik di AS. Lakon, "Anoman Duta" dari epos Ramayana, disesuaikan dengan perkembangan terbaru peristiwa internasional.

Soeprapto, dengan 2 putra dan 2 putri, tampaknya cukup puas dengan apa yang telah dicapai sekarang, gembira kalau bermanfaat, baik dalam profesi, di masyarakat AS maupun di Tanah Air. Mottonya. “Hidup sehat , sukses, sejahtera, berguna dan bahagia”.

oleh: Puspita Sariwati

XS
SM
MD
LG