Sementara momentum perang dengan Irak semakin mendekat, seorang anggota DPR Amerika mengusulkan agar wajib militer dihidupkan kembali. Ini berarti semua warga muda, tanpa memandang gender dan warna kulit diwajibkan mengikuti latihan militer dan menjadi anggota militer.
Charley Rangel adalah anggota Kongres yang berasal dari New York City. Distrik yang diwakilinya terdiri dari wilayah Harlem, Inwood dan Washington Heights – semuanya memiliki majoritas penduduk kulit hitam dan hispanic. Selain itu daerah-daerah ini merupakan distrik paling miskin ke empat di Amerika Serikat.
Dalam wawancaranya dengan televisi NBC Charley Rangel menjelaskan keprihatinannya:
Kelihatannya mereka yang mendukung perang itu tidak memikirkan siapa yang nantinya harus bertempur dalam perang itu. Kalau anda amati tentara sukarela atau profesional yang sekarang – jelas mereka berasal dari eselon ekonomi paling bawah dalam masyarakat kita.
Warga kulit hitam Amerika dan warga miskin lainnya memang banyak yang menjadi anggota militer dibandingkan warga etnis dan warga yang lebih mampu lainnya. Sebuah laporan yang baru-baru ini diterbitkan oleh Departemen Pertahanan menunjukkan majoritas prajurit yang baru berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah atau menengah bawah. Duapuluh dua persen militer secara keseluruhan dan sepertiga yang berkarya di Angkatan Darat…adalah warga kulit hitam.
Ironisnya, masyarakat kulit hitam berusia antara 18 sampai 44 tahun hanya mencapai duabelas persen dari keseluruhan populasi penduduk Amerika.
Untuk warga kulit putih – 64 persen warga Angkatan Bersenjata berkulit putih. Tetapi jumlah mereka mencapai 71 persen dari keseluruhan populasi sipil Amerika.
Selama ini lembaga militer di Amerika merupakan sebuah batu loncatan dan pemberi kesempatan pada warganya yang mencari kesempatan untuk menaikkan taraf hidup mereka, terutama mereka yang berasal dari kalangan minoritas. Menurut Congresman Charley Rangel – masalahnya warga kulit hitam senantiasa dihambat kesuksesannya di sektor-sektor lain dan acapkali mereka lebih sukses di militer.
Banyak anak muda secara sukarela masuk militer karena mereka tidak memiliki banyak kesempatan masuk ke sektor swasta. Sedihnya, umumnya mereka yang berasal dari kelompok minoritas masuk dalam kategori ini.
Apakah itu berarti – kalau Amerika memasuki kancah peperangan - maka jumlah korban perang terbesar akan berasal dari kelompok minoritas? Mark Owens adalah profesor perencanaan strategi dan militer di US Naval War College di Newport, Rhode Island, dan menurut Owens jawabannya - tidak.
Ketika Perang Vietnam berlangsung, kata Profesor Owens, 86 persen tentara yang gugur adalah kulit putih. Duabelas setengah persen kulit hitam, sesuai dengan proporsi warga sipil, meskipun waktu itu Angkatan Darat sepertiga anggotanya adalah kulit hitam.
Profesor Owens menambahkan, hal ini terjadi oleh karena anggota militer kulit putih memang mencari kesempatan untuk berpetualang – sehingga mereka ramai-ramai masuk unit-unit bertempur di front garis depan. Tidak demikian halnya dengan anggota militer yang berkulit hitam.
Mereka mengejar karier, jadi mereka mendaftarkan diri di bagian-bagian seperti peralatan, logistik, transportasi dan sejenisnya. Bagian-bagian seperti itu mutlak diperlukan untuk melakukan perang modern, tapi risiko kehilangan nyawa tidak setinggi seperti misalnya bertugas di infanteri.
Selanjutnya Profesor Owens mengatakan warga kulit hitam yang sekarang aktif dalam militer sudah melewati batas usia tempur, yakni antara 18 dan 26 tahun. Angka 30 persen dalam keanggotaan Angkatan Darat yang diwakili warga kulit hitam, sebagian disebabkan oleh karena warga militer kulit hitam biasanya berdinas lebih lama dari rekan-rekan mereka yang kulit putih.
Angkatan Darat Amerika Serikat adalah salah satu lembaga utama di Amerika dimana laki-laki kulit hitam membawahkan dan memberi perintah pada si kulit putih. Oleh karena alasan itu mereka juga berdinas lebih lama.
Sejak tahun 1973 pemerintah Amerika telah menghapuskan wajib militer, saat perang Vietnam berakhir. Sejauh ini Presiden Bush tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia berminat menghidupkan kembali wajib militer. Oleh karena itu saat ini usulan dari Congresman Charley Rangel juga memperoleh sambutan yang dingin dari Kongres Amerika.