Tautan-tautan Akses

WAJAH DI BALIK SUARA: TERESITA “SITA” WIHARYANI - 2002-09-24


WAJAH DI BALIK SUARA: TERESITA “SITA” WIHARYANI

Tidak susah mengenali Teresita Wiharyani, dan tidak sulit mencarinya. Bila tidak sedang berada di studio, maka gadis berambut panjang dan legam ini dapat dipastikan ada di depan layar komputernya, atau di meja editing.

Sita, panggilan akrabnya, lahir di Jakarta 26 tahun silam, namun menghabiskan delapan tahun terakhir di negeri Paman Sam.

Saat ini ia merupakan reporter dan penyiar Voice of America Siaran Indonesia, berkantor di jantung kota Washington, D.C. Tak banyak yang tahu kalau sejak lama ia ingin bekerja di kota ini.

“Saya ingat waktu itu masih masa awal kuliah, dan saya berpikir, suatu saat nanti saya akan bekerja di Washington, D.C., di salah satu gedung-gedung besar di sana,” ujarnya sambil menerawang.

Perjalanannya ke tempat ini bermula jauh sebelumnya.

Pertama, lewat ketertarikannya dengan dunia radio. Sejak masih kecil dan saat beranjak remaja ia getol mendengarkan siaran Prambors di Jakarta. “Saya masih ingat, waktu itu saya masih kelas dua SMP dan suka banget mendengarkan suara Asri Poeraatmadja (kini penyiar VOA Siaran Indonesia-Red.),” kata Sita. “Dan saya berpikir, orang ini sepertinya cool banget, bisa kerja di radio.”

Tahun berganti dan waktu berlalu. Sekarang Sita menjalani impian dan hobinya yang satu itu, sebagai penyiar radio VOA Siaran Indonesia. “Saya nggak nyangka bisa sampai di sini,” tuturnya merendah. Tapi sebenarnya Sita bukanlah orang baru dalam bidang media. Sebelumnya, Sita pernah bekerja di stasiun televisi ACTV-7 di Athens, Ohio.

Di VOA, Sita kerap bertugas meliput berbagai acara baik di Washington maupun di kota-kota lain di Amerika, untuk ditayangkan dalam Dunia Kita. Selain itu ia mengasuh acara musik Pilihan Kita setiap Sabtu Malam, dan memberikan kontribusi dalam beberapa segmen berita harian, termasuk How Do You Say That. Sita juga banyak terlibat dalam acara Halo VOA, yang diproduseri Ningrum Widyastuti (ditampilkan dalam newsletter minggu lalu-Red.), yang juga adalah teman masa kecilnya.

Ningrum mengaku senang bekerja dengan Sita. “She’s nice to work with,” ujar Ningrum akan teman sekamarnya. “Selain itu dia juga jago masak, dan selalu membuat kopi di pagi hari,” tambahnya sambil melirik Sita.

Sita memegang gelar Master of Arts dalam bidang Ilmu Politik dari Ohio University di Athens, dan dua gelar sarjana dari Ohio State University di Columbus. Gelar sarjananya yang pertama datang dari jurusan Ilmu Politik, sementara gelar keduanya diperoleh dalam bidang Bahasa Perancis.

Bertahun-tahun tinggal di negeri orang tidak membuat nasionalismenya hilang, malah bertambah kental. “Saya ingin menjadi wakil Indonesia di luar negeri, bukan karena diri saya atau untuk diri saya sendiri, namun untuk nama bangsa,” katanya. Sesuai latar belakang pendidikannya, Sita ingin bekerja sebagai analis kebijakan luar negeri. Sebenarnya latar inilah yang pertama kali membawanya ke Washington.

Sebagai mahasiswa magang di Washington Center, sebuah lembaga non-profit di bidang politik, tahun lalu Sita datang ke ibu kota Amerika ini untuk belajar sambil bekerja dengan pihak-pihak yang terlibat pengambilan keputusan di Kongres Amerika.

Bagian dari penugasannya adalah kerja praktek bagi Voice of America, yang pada akhirnya merekrutnya sebagai penyiar.

Hari-hari Sita diisi dengan kegiatan kantor dan gereja, dimana ia aktif sebagai pengurus Seksi Muda-Mudi Katolik Warga Indonesia daerah Washington dan sekitarnya. Hobinya, selain jalan-jalan, adalah bermain piano. Tentang hobi yang satu ini telah ditekuninya sejak usia muda.

Berbagai hal telah ditekuninya, namun prinsip hidup Sita tetaplah sama, yaitu “learning by doing.” Itulah yang sejak dulu dipercayai dan dijalaninya, dan itu pula pedoman hidupnya.

XS
SM
MD
LG