Tautan-tautan Akses

Houston: Kota Multi-Etnik di Amerika - 2002-09-19


Kota terbesar ke empat di Amerika Serikat, Houston, Texas telah menjadi tempat bercampurnya kelompok-kelompok etnik dan ras. Meskipun kadang-kadang terjadi perselisihan antar berbagai kelompok di sana, kota yang dihuni oleh lima juta penduduk ini dikenal sebagai tempat yang tinggi toleransinya. Wartawan Suara Amerika/VOA, Greg Flakus, mengirim laporan dari kota Houston. Bahasa Vietnam adalah bahasa utama yang digunakan di pasar-pasar dan toko-toko di timur pusat kota Houston. Perkampunganyang sebagian besar penduduknya keturunan Asia ini adalah satu dari dua perkampungan di Houston yang disebut sebagai “Chinatown”, atau Kota Cina. Juga terdapat warga keturunan Cina di sini, tetapi banyak dari mereka ini juga datang dari Vietnam, setelah komunis berkuasa di kawasan itu pada pertengahan tahun 1970-an. Houston sekarang mempunyai komunitas Vietnam terbesar kedua setelah California selatan.

Salah seorang yang bekerja di toko pangan di kota itu adalah Joseph Lee. Ia keturunan Cina dari Vietnam, yang datang ke kota ini bersama keluarganya pada tahun 1979. Ia mengatakan banyak orang asal Asia pertama-tama datang di California, tetapi sekarang mereka melihat kota Houston lebih menarik karena segalanya lebih murah dan lebih banyak lapangan kerja yang tersedia. Ia mengatakan: ”Di California sekarang ini, uang sewa rumah atau apartemen terlalu mahal. Pekerjaan sulit dicari. Nah, di Houston ini, pekerjaan mudah dicari, dan banyak orang Asia yang memulai usaha di sini. Karena itu mereka senang datang ke Houston sekarang ini.” Lee mengatakan orang-orang Asia juga merasa diterima di Houston. Ia mengatakan restoran-restoran Asia dekat pusat kota banyak dikunjungi orang dari semua kelompok etnik tiap hari.

”Orang senang makan makanan Cina dan Vietnam – segala macam orang : orang hitam, orang Meksiko, orang putih, Indian, semuanya.”

Warga kota Houston suka membanggakan berbagai jenis makanan yang tersedia di kota mereka, dan mereka cenderung merayakan kehadiran orang dari banyak negara, di samping komunitas hitam dan Amerika keturunan Meksiko yang sudah berakar disini selama lebih dari satu abad.

John Williams, yang meliput masalah-masalah politik untuk harian di kota itu, Houston Chronicle, mengatakan bahwa, sementara Houstin dalam beberapa hal adalah kota selatan yang sudah tua umurnya, kota itu juga memiliki jendela ke dunia, karena pelabuhannya di Teluk Meksiko itu.

”Saya rasa kota-kota pelabuhan cenderung toleran, karena kita menemui orang dari berbagai penjuru dunia. Houston sudah lama mempunyai penduduk asal Ceko, Jerman, Hispanik, Inggris dan Irlandia, sejak permulaan abad ke 20. Sekarang, di kota ini kita dapat menjumpai orang-orang asal Pakistan, Lebanon dan Karibia, juga dari Nigeria, Amerika Selatan dan Asia. Jika ada istilah “melting pot”, Houston mencerminkan hal itu.”

Karena banyak imigran dari negara-negara Muslim yang bermukim di kota Houston, maka tidak mengherankan kalau banyak pula Muslim di kota itu. Umat Islam di kota itu merasa bangga ketika beberapa tahun yang lalu, pemain bolabasket NBA, Hakim Olajuwon memperkuat team NBA Houston Rockets dan membawa nama Houston mencuat di dunia perbola-basketan. Olajuwon yang sebagai pemain bolabasket profesional bergaji jutaan dolar itu, dikenal pula sebagai seorang dermawan yang banyak membantu masjid-masjid setempat.

Wartawan John Williams mengatakan sikap toleran dalam hal ras dan etnisitas ini tercermin pula di dunia politik kota itu. Ia menjelaskan: ”Tahun lalu, Houston mengadakan pemilihan walikota dan yang menjadi calon adalah seorang keturunan Hispanik dan seorang berkulit hitam. Ini yang pertama di Amerika. Dalam pemilu itu tidak ada orang yang mengeluh, ‘wah, kita menghadapi kesulitan, nih.’ Pemilih-pemimpih berkulit putih terbelah, dua pertiga memilih calon yang satu , sepertiga memilih calon yang lain, seperti dalam persaingan antara dua calon dalam pemilu-pemilu lain.”

Williams mengatakan contoh adanya hubungan antar ras yang baik di Houston adalah apa yang terjadi pada tahun 1992, ketika pengadilan membebaskan anggota-anggota kepolisian yang memukuli seorang pria berkulit hitam bernama Rodney King di Los Angeles mengakibatkan huru-hara di sebagian besar kota besar di Amerika. Tetapi apa yang terjadi di Houston? ”Kerusuhan yang dimulai di Los Angeles tengah-selatan itu meluas ke kota-kota lain, boleh dikatakan ke semua kota besar di Amerika, tetapi tidak terjadi apa-apa di Houston. Ini adalah kota dimana orang bersikap ‘live and let live’, memberi kesempatan kepada semua orang untuk hidup menurut caranya masing-masing.” Bahkan boleh dikatakan, di Houston tidak pernah terjadi kerusuhan akibat perbedaan ras sejak tahun 1914. John Williams mengatakan hal itu adalah akibat jasa para pejabat pemerintah kota dan pimpinan komunitas berbagai kelompok etnik, yang, menurutnya, saling berkomunikasi dengan baik, dan berusaha mencari jalan keluar kalau ada masalah.

Houston masih menghadapi banyak tantangan, banyak di antaranya akibat pertumbuhannya yang cepat. Sementara golongan etnik minoritas dan warga kulit hitam telah memenuhi sebagian besar pusat kota, orang-orang berkulit putih cenderung pindah ke pinggir kota – kecenderungan yang juga terjadi di kota-kota lain di Amerika. Hanya 12 persen pelajar di sekolah-sekolah negri berkulit putih. Kurang lebih 54% Hispanik, dan penduduk dari golongan ini di samping keturunan Asia terus tumbuh. Meningkatnya penduduk dari kalangan kelompok etnik ini, mendorong dilakukannya pelatihan penguasaan bahasa tambahan bagi polisi, pemadam kebakaran dan petugas-petugas medis keadaan darurat.

Houston mengalami perubahan lebih banyak dalam waktu 20 tahun yang lewat ini daripada perubahan yang terjadi di beberapa kota dalam masa 50 tahun yang lewat, dan diperkirakan penduduk kota itu akan bertambah dua juta lagi dalam waktu 20 tahun mendatang. Apakah kota itu akan dapat mempertahankan hubungan antar ras yang harmonis seperti sekarang ini, tergantung dari keberhasilan para pemimpinnya mengelola pertumbuhan itu. ***

XS
SM
MD
LG