Tautan-tautan Akses

Pihak Berwajib Birma Menahan 78 Aktivis Pro-Demokrasi


Pemerintah militer Birma mengatakan 78 orang lagi telah ditahan untuk ditanyai sehubungan dengan protes pro-demokrasi yang ditindas bulan lalu dengan kekerasan.

Menurut suratkabar “Cahaya Baru Myanmar”, mereka dituduh ikut dalam demonstrasi di Rangoon yang berkembang menjadi perlawanan terbesar terhadap pemerintah militer dalam dua dasawarsa.

Suratkabar itu melaporkan, menjelang hari Sabtu pihak berwenang sudah membebaskan lebih dari separuh dari dua ribu – 93 orang yang ditahan dalam aksi-aksi protes di Rangoon bulan lalu. Juga dikatakan, pihak berwenang membebaskan sekitar 400 biksu Buddha dari 533 yang ditangkap aparat keamanan pemerintah.

Tidak diketahui dengan pasti berapa banyak sebenarnya biksu dan demonstran lain yang ditahan dalam aksi protes itu. Kelompok-kelompok hak asasi mengatakan lebih dari seribu biksu telah ditangkap sejak tindakan keras diambil.

Saksi mata mengatakan jumlah polisi berkurang di jalan-jalan Rangoon Minggu. Mereka mengatakan penguasa telah memindahkan barikade di pagoda Shwedagon dan Sule di Rangoon, tempat dimana polisi menembaki aktivis guna menghentikan demonstrasi.

Sementara itu, terjadi demonstrasi solidaritas terhadap Birma di Universitas Thammasat, di Bangkok, Thailand, bertepatan dengan perjuangan yang serupa di negara itu pada tahun 1976.

Aktivis Supinya Klandnarond mengatakan: "Kami ingin memperingati peristiwa ini di Thailand sehubungan dengan perjuangan rakyat Birma. Kami di sini menyatakan keprihatinan dan menunjukkan solidaritas terhadap perjuangan rakyat Birma dan menyatakan mendukung perjuangan mereka. Kami menuntut agar pemerintah Birma menghormati HAM dan tidak membunuh rakyat."

Malaysia telah mendesak pemerintah militer Birma agar mulai melakukan pembicaraan segera tanpa kondisi apa-apa dengan pemimpin pro-demokrasi Aung San Suu Kyi. Kantor Berita resmi Malaysia Bernama mengutip Menteri Luar Negeri Malaysia Syed Hamid Albar mengatakan kedua fihak harus bertemu tanpa disertai pra-kondisi sebelum masyarakat internasional memberlakukan sanksi tambahan terhadap Birma.

XS
SM
MD
LG