Tautan-tautan Akses

Kerja-sama Internasional Melawan Flu Unggas


Para pejabat senior pemerintahan Bush yang melakukan misi mencari fakta ke Asia Tenggara hari Jumat mengatakan, mereka merasa optimistis, negara-negara Asia Tenggara akan bekerjasama dalam memantau dan menanggulangi flu unggas. Tetapi Menteri Kesehatan Michael Leavitt mengatakan, virus flu unggas tidak dapat dielakkan, akan menyebar, karena unggas migrasi.

Tim tingkat tinggi Amerika yang melawat ke tujuh negara Asia Tenggara selama dua pekan yang lalu, melaporkan temuan mereka dalam jumpa pers hari Jumat. Sementara itu, kasus-kasus flu unggas mulai muncul di Eropa Tengah. Dalam brifing di Departemen Luar Negeri, Menteri Kesehatan Michael Leavitt mengatakan, tidak ada alasan untuk terlalu cemas karena laporan mengenai adanya kasus flu unggas di Eropa, karena sudah sejak lama diduga bahwa virus itu akan berpindah dari unggas piaraan ke unggas liar.

Menteri Leavitt mengatakan: “Virus telah menggunakan unggas liar sebagai kendaraan melintasi jalur migrasi unggas. Virus flu unggas telah terbawa ke negara-negara lain, seperti Turki, Romania dan lain-lain. Tidak ada alasan untuk berpikir bahwa itu akan berhenti. Perpindahan virus ini merupakan fenomena yang jelas dan dapat diramalkan.” Menteri Leavitt mengatakan, sementara 60 kematian telah dilaporkan akibat flu unggas di Asia Tenggara, semua korban diduga mendapatkan virus karena kontak dengan unggas yang terinfeksi.

Ia menambahkan, tidak ada laporan yang dikukuhkan mengenai penularan dari manusia ke manusia, dan tidak jelas apakah hal itu akan pernah terjadi. Kalau itu sampai terjadi, katanya, akan ada resiko di mana-mana, sehingga diperlukan kerjasama internasional untuk memantau, melaporkan dan menangani kemungkinan wabah flu unggas. Tim Amerika itu mengunjungi Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Indonesia, Singapura dan Malaysia.

Kunjungan dilakukan sebagai tindak lanjut konferensi 80 negara di Washington awal bulan ini. Meskipun tidak memberikan rincian, Menteri Leavitt mengatakan, tingkat komitmen untuk memerangi virus flu unggas berbeda-beda di negara-negara yang dikunjungi. Namun ia mengatakan, secara keseluruhan, lawatan ini sangat bermanfaat dan ia yakin, hubungan untuk berbagai informasi telah dijalin dan bantuan Amerika untuk memerangi flu unggas akan digunakan secara efektif.

Wakil Menteri Luat Negeri Paula Dobronsky mengatakan, sebegitu jauh Amerika telah menjanjikan 38 juta dolar untuk upaya internasional, termasuk pelatihan staf kedokteran hewan, pemantauan gerakan burung liar, pembangunan laboratorium dan membantu pemerintah negara-negara lain melakukan pelatihan dan menyusun rencana kesiagaan. Andrew Natsios dari Badan Amerika Bagi Pembangunan Internasional juga menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dan liputan media mengenai isu flu unggas. Ia mengatakan, wabah flu yang menewaskan jutaan orang di seluruh dunia tahun 1918 tidak ditangani selayaknya, sebagian karena pemerintah negara-negara di dunia menahan informasi mengenai seriusnya ancaman wabah.

Andrew Natsios mengatakan, itu tidak akan terjadi dalam dunia di mana negara-negara sekarang saling terkait: “Informasi publik yang dilakukan terus menerus untuk suatu kurun waktu tertentu akan membuat semua tingkat birokrasi menjadi sensitif, bahkan di negara-negara otokratis. Internet dan radio tidak dapat dikontrol, dan orang akan mendengarkan. Kalau mereka memahami ancaman virus flu unggas dan cara mengatasinya, semua sistem publik menjadi disiplin, dan itu akan mempengaruhi perilaku orang, bahkan di desa-desa.”

Andrew Natsios mengatakan, ia memahami penderitaan petani miskin di Asia Tenggara, yang unggasnya harus dibinasakan untuk mencegah penyebaran virus. Ia mengatakan, badan bantuan Amerika sedang menyusun program untuk memberi santunan kepada petani seperti itu, supaya mereka melaporkan secepatnya kepada petugas kesehatan setempat, kalau unggas mereka sakit.

XS
SM
MD
LG