Wakil Presiden AS Kamala Haris dijadwalkan bertemu dengan anggota Kabinet perang Israel Benny Gantz di Gedung Putih, Senin (4/3), sehari setelah menyerukan “gencatan senjata segera” di Gaza.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan pembicaraan itu diperkirakan akan berfokus pada korban warga sipil Palestina, mengamankan gencatan senjata temporer dan pembebasan sandera, selain meningkatkan bantuan ke wilayah kantong itu.
“Wakil Presiden akan menyatakan keprihatinannya mengenai keselamatan hingga 1,5 juta orang di Rafah,” kata pejabat itu. Ia menambahkan bahwa Israel “berhak membela diri dalam menghadapi berlanjutnya ancaman teroris Hamas.”
Dalam sebuah pernyataan, Gantz mengukuhkan bahwa ia akan bertemu Harris, serta penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan serta para anggota Kongres dari partai Demokrat dan Republik.
Harris memanfaatkan pidatonya pada hari Minggu untuk mengeluarkan seruan gencatan senjata, salah satu seruan paling keras yang muncul dari pemerintahan Biden untuk menghentikan perang.
“Mengingat besarnya skala penderitaan di Gaza, harus ada gencatan senjata segera,” kata Harris yang disambut tepuk tangan meriah dalam pertemuan pada peringatan hak-hak sipil di Selma, Alabama.
Harris juga berbicara kepada hadirin bahwa “ancaman yang ditimbulkan Hamas terhadap rakyat Israel harus dihilangkan.”
Pemerintah AS telah bekerja sama dengan Mesir dan Qatar untuk menengahi jeda pertempuran selama enam pekan untuk mengeluarkan sisa sandera yang ditawan Hamas dan untuk meningkatkan bantuan masuk ke Gaza, di mana PBB telah memperingatkan bahwa kelaparan akan segera terjadi.
Berbicara di Jembatan Edmund Pettus, di mana 58 tahun silam polisi negara bagian itu memukuli para aktivis hak-hak sipil AS yang berpawai dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Minggu Berdarah, Harris mengatakan bahwa rakyat di Gaza kelaparan.
“Kondisinya tidak manusiawi, dan rasa kemanusiaan bersama kita memaksa kita untuk bertindak,” ujarnya. “Pemerintah Israel harus berbuat lebih banyak untuk meningkatkan arus bantuan secara signifikan. Tidak boleh ada alasan.”
Pada hari Sabtu, operasi gabungan Angkatan Udara AS dan Yordania menjatuhkan 38 ribu paket makanan di pesisir Gaza. Seorang pejabat senior AS mengatakan bantuan lewat udara itu akan menjadi bagian dari “upaya berkelanjutan” dengan mitra-mitra internasional untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Berbagai organisasi bantuan kemanusiaan menggunakan metode pengiriman bantuan seperti itu sebagai upaya terakhir, karena operasi tersebut mahal dan rumit, dan tidak dapat mengirim bantuan dalam jumlah yang dapat dikirim oleh truk. [uh/ab]