Tautan-tautan Akses

Langkah OPEC Kurangi Produksi Minyak dapat Bantu Rusia Lancarkan Invasi


Menteri urusan energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman Al-Saud dan Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais tiba di markas OPEC di Wina, Austria, pada 5 Oktober 2022. (Foto: Reuters/Lisa Leutner)
Menteri urusan energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman Al-Saud dan Sekretaris Jenderal OPEC Haitham al-Ghais tiba di markas OPEC di Wina, Austria, pada 5 Oktober 2022. (Foto: Reuters/Lisa Leutner)

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau OPEC bersama Rusia dan sejumlah produsen minyak lainnya, pada Rabu (5/10), memotong jumlah produksi sebanyak 2 juta barel per hari. Tindakan tersebut dinilai dapat membantu Rusia untuk melancarkan invasinya di Ukraina.

Di sisi lain, langkah pengurangan produksi itu menutup peluang bagi Presiden Amerika Serikat Joe Biden untuk menurunkan harga BBM lebih jauh bagi warga AS.

Pengurangan produksi itu dinilai sebagai sebuah pukulan telah untuk Biden, yang telah melawat ke Arab Saudi pada Juli dalam upayanya meyakinkan negara penghasil minyak terbesar kedua di dunia itu untuk tidak mengurangi produksinya. Kini, sejumlah pihak beranggapan bahwa kunjungan Biden tersebut sia-sia semata.

Pejabat Gedung Putih menyerang keputusan yang dibuat oleh ke 23 negara yang bergabung dalam koalisi OPEC+ di Wina. Menurut para analis, keputusan OPEC+ akan meningkatkan risiko resesi global dalam beberapa bulan mendatang.

Harga minyak mentah telah jatuh dalam beberapa bulan terakhir di pasar dunia. Namun, harganya sempat naik kembali dalam beberapa hari terakhir sebagai antisipasi akan adanya pengurangan produksi oleh OPEC.

Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan dan direktur Dewan Ekonomi Nasional Brian Deese, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “presiden kecewa dengan keputusan yang dibuat oleh OPEC+ untuk mengurangi kuota produksi sementara perekonomian global masih menghadapi dampak negatif berkelanjutan dari invasi Putin ke Ukraina.”

“Di saat mempertahankan pasokan global energi sangat penting, keputusan ini akan memiliki dampak paling negatif untuk negara berpendapatan rendah dan menengah yang sudah tergoncang oleh harga energi yang melonjak," kata Sullivan dan Deese.

Koalisi OPEC+ mengatakan, pengurangan produksi dari 43,8 juta barel per hari menjadi 41,8 juta barel akan berlaku mulai November. [jm/rs]

Forum

XS
SM
MD
LG