Tautan-tautan Akses

Pakar: Pemerintah Australia Terakhir Kehilangan Suara China


Perdana Menteri Australia Scott Morrison memberi isyarat selama konferensi pers di Gedung Parlemen di Canberra, Australia, 10 April 2022. (Foto: via AP)
Perdana Menteri Australia Scott Morrison memberi isyarat selama konferensi pers di Gedung Parlemen di Canberra, Australia, 10 April 2022. (Foto: via AP)

Sikap pemerintah Australia sebelumnya yang lebih agresif terhadap China membuat banyak pemilih Australia yang keturunan China pada pemilihan baru-baru ini yang menganggap bahasa pemerintah telah melisensikan rasisme, kata pakar strategi kampanye, Rabu (15/6).

Pemerintahan koalisi konservatif Perdana Menteri Scott Morrison kalah dalam pemilihan bulan lalu, setelah hampir 10 tahun berkuasa, dari Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah.

Direktur kampanye Partai Buruh Paul Erickson pada Rabu (15/6) menyalahkan retorika koalisi terhadap China yang mendorong peralihan suara yang signifikan ke Partai Buruh di kalangan pemilih dengan populasi China-Australia yang besar.

Dari populasi Australia yang berjumlah 25 juta, 1,2 juta adalah keturunan Tionghoa, menurut sensus terbaru.

Tokoh-tokoh senior dalam pemerintahan koalisi berpendapat bahwa Beijing menginginkan Partai Buruh memenangkan pemilihan karena anggota parlemen Partai Buruh cenderung tidak membela kepentingan Australia melawan desakan ekonomi China.

Sebuah kelompok lobi konservatif, Advance Australia, memasang iklan di sisi truk selama kampanye pemilihan yang menggambarkan Presiden China Xi Jinping memberikan suara dengan slogan: "PKC mengatakan pilih (partai) Buruh." [ka/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG