Tautan-tautan Akses

Ilmuwan Afsel: Kasus Omicron Tak Parah, Tingkatkan Kekebalan


Stasiun bus dipadati penumpang di tengah penyebaran varian Omicron di Johannesburg, Afrika Selatan (foto: dok).
Stasiun bus dipadati penumpang di tengah penyebaran varian Omicron di Johannesburg, Afrika Selatan (foto: dok).

Penelitian di Afrika Selatan mendapati varian omicron dari COVID-19 tidak separah yang sebelumnya, bahkan bagi yang tidak divaksinasi sekalipun. Ilmuwan terkenal di negara itu mengatakan ini bisa menjadi kabar baik untuk mengakhiri pandemi karena varian yang sangat menular ini juga menyebarkan kekebalan.

Warga Afrika Selatan tidak lagi harus berlomba untuk pulang sebelum tengah malam. Jam malam yang diberlakukan pada awal pandemi virus corona akhirnya dicabut menjelang Malam Tahun Baru.

Sekarang, menjelang akhir gelombang keempat, para ilmuwan di negara itu menyampaikan kabar baik lainnya tentang varian terbaru, omicron.

Dr. Mary-Ann Davies, Profesor Epidemiologi Universitas Cape Town mengatakan mereka menyaksikan sekitar 25% penurunan risiko kematian, jadi sekitar 1,3 kali risiko kematian lebih rendah. Dan itu membuat mereka menganggap efek sampingan — pengurangan 25% — bisa menjadi dampak sebenarnya karena virulensi Omicron yang lebih rendah dibandingkan varian sebelumnya.”

Pengurangan itu dibandingkan dengan varian delta sebelumnya, yang lebih parah dari virus aslinya. Penelitian, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat itu, menemukan omicron memiliki tingkat keparahan yang serupa dengan gelombang pertama.

Davies mengatakan perbedaan utamanya sekarang adalah infeksi sebelumnya dan vaksinasi membantu mengurangi rawat inap dan kematian.

Meskipun omicron kebal vaksin dan menginfeksi kembali orang, para ilmuwan mengatakan hal itu tidak selalu merupakan hal yang buruk.

Dr. Shabir Madhi, Profesor Vaksinologi Universitas Witwatersrand mengatakan hal ini akan meningkatkan respons kekebalan pada orang yang sebelumnya terinfeksi. Kondisi itu juga akan meningkatkan respons kekebalan pada orang yang telah divaksinasi. Kekebalan itu juga akan berlanjut, menyebabkan kekebalan lebih jauh pada orang-orang yang sebelumnya belum pernah terinfeksi atau sudah divaksinasi. Ia mengatakan data yang tersedia cukup meyakinkan bahwa orang yang memiliki kekebalan hibrida ini, vaksin serta infeksi, pada kenyataannya mungkin memperoleh respons kekebalan yang lebih baik.

Para ilmuwan menekankan terkena virus bukanlah pengganti vaksin. Tingkat kematian tetap tertinggi di antara orang-orang yang tidak divaksin. Angka resmi pemerintah Afrika Selatan mengatakan lebih dari 93.000 meninggal akibat COVID-19. [my/jm]

Recommended

XS
SM
MD
LG